Mengejutkan, Mencuri Ikan Allah
Di dunia ini masih saja tumbuh orang-orang yang hanya berpikiran harfiah, melulu melihat teks, sepotong-sepotong, tanpa melihat konteksnya.
Suatu kali orang macam begini masuk ke sebuah pesantren. Ia pun nyolong ikan paling besar dari kolam di pesantren itu.
“Orang masuk pesantren nyumbang semen nyumbang apa. Kamu malah nyolong ikan,” kata Kiai.
“Mohon maaf Kiai, ini ikan siapa?” tanya orang tersebut.
Tentu dijawab oleh kiai, “Ikan saya.”
Dengan tenangnya, orang itu menjawab bahwa segala yang ada di bumi dan langit itu milik Allah dengan mengutip Al-Qur'an Surat al-Baqarah ayat 284, lillâhi mâ fis samâwati wa mâ fil ardl.
Kiai diam. Tidak menyanggah pernyataan orang tersebut. “Iya, saya tahu itu milik Allah. Tapi ya, jangan yang gede juga," batin Kiai.
Orang itu pun berlalu. Belum jauh, Kiai mengambil batu dan melemparkannya ke orang tersebut.
“Pletak,” batu itu mengenai kepalanya.
Ia pun mengelus-elus kepalanya. Lalu bergegas kembali dengan langkah cepat.
“Kenapa Kiai? Gak setuju nih ikan Allah saya ambil?” tanyanya.
“Setuju. Silakan kamu ambil.”
Orang tersebut meminta alasan kenapa Kiai melemparnya dengan batu. Tapi Kiai membantah. Ia merasa tidak melempar.
“Saya nggak melempar kok,” tegasnya.
“Di sini tidak ada orang lagi, kecuali kita berdua, kiai,” sanggahnya.
“Baca Qur'annya, Surat al-Anfal ayat 17, wa mâ ramita idz ramaita wa lâkinna Allâha ramâ. Dan engkau tidak melempar saat engkau melempar kecuali Allah yang melemparnya,” katanya. (nuo)
(Diceritakan Ketua LDNU KH Maman Imanul Haq saat mengisi Rapimnas IPNU di Bandung, Minggu 19 November 2018).
"Orang tersebut meminta alasan kenapa Kiai melemparnya dengan batu. Tapi Kiai membantah. Ia merasa tidak melempar."