Mengejutkan, Ini Pesan Terakhir Gus Zaki Hadzik Sebelum Wafat
Wafatnya KH Muhammad Zaki Hadzik, Pengasuh Pesantren Al-Mashruriyah Tebuireng Jombang, mengejutkan banyak pihak. Baik kalangan pengasuh pondok pesantren, maupun jajaran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Gus Zaki adalah Ketua PW Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Timur. Cucu Kiai Hasyim Asy'ari ini mengembuskan nafas terakhir, Rabu 1 Juli 2020. Jenazah akan dimakamkan Tebuireng Jombang.
Kabarnya, seperti dilansir situs resmi Pesantren Tebuireng Jombang, tebuireng-online, Gus Zaki wafat karena sakit DBD yang dideritanya.
“Dia awalnya mengeluarkan DBD. Habis Maghrib barusan bisa kabar trombositnya turun drastis. Lima menit kemudian wafat,” ungkap Syubah Nuri, pengurus Pondok Pesantren Tebuireng.
“Abah menghembuskan napas terakhirnya, sekitar pukul 18.15 Wib di RSUD Jombang,” ungkap salah satu putranya, Robizidni Ilma Na’fiaan.
Ia juga menambahkan, “Kami belum mengetahui di mana Abah akan dimakamkan. Kami masih menunggu kabar selanjutnya,” ungkap putra ketiga itu.
KH Muhammad Zaki Hadzik atau Gus Zaki sapaan akrabnya, adalah Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Masruriyah sekaligus adik dari KH. Ishomuddin Hadzik, salah satu dzurriyah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Di kalangan warganet pun beredar pesan terakhir Gus Zaki Hadzik. Dikutip dari pesan almarhum terakhir 23 Juni 2020:
"Monggo disruput kopine, dan semoga Kita diberi mata bathin sehingga tidak mudah gupuh dan nerima ing pandum. Ndunyo sak dermo mampir nyruput kopi simambi mencari bekal untuk perjalanan panjang."
Gus Zaki termasuk di antara dzuriyat KH Hasyim Asy'ari (almagfurlah) yang aktif di Nahdlatul Ulama Jawa Timur. Sebelumnya, bersama para putra kiai pesantren aktif dalam perkumpulan gus-gus pesantren (Kaum Gawagis).
Gus Zaki sejak memegang amanah sebagai Ketua RMI NU Jawa Timur melanjutkan garis perjuangan yang sebelumnya dirintis KH Reza Ahmad Zahid (Gus Reza). Ia pun berhasil menjadikan forum Bu Nyai Nusantara dengan menyatukan para Bu Nyai di seluruh Indonesia dalam satu gerakan kesadaran pendidikan kemasyarakat.
Jamal Ma'mur Asmani, akademisi asal Pati yang pernah nyantri Jombang, memberi kesaksian akan Pesantren Al-Mashruriyah Tebuireng. "Pesantren ini tepat berada di depan Pondok Tebuireng. Beliau putra Kiai Hadzik dan putri Bu Nyai Khodijah Hasyim Asy'ari," tuturnya.
Jamal Ma'mur yang juga aktif di PCNU Pati, Jawa Tengah, cukup akrab dengan Gus Zaki Hadzik, selama 6 tahun di Jombang. Awalnya ia akrab dengan kakak almarhum, KH Ishomuddin Hadzik (Gus Ishom), karena tempat ia belajar menulis dan mengaji.
"Pasca wafatnya Gus Ishom, penulis semakin akrab karena menulis biografi kakaknya yang harus banyak wawancara, termasuk dengan Gus Zakki, masyayikh Lirboyo, tempat Gus Ish belajar, dan lain-lain," tuturnya.
Gus Zaki terakhir ketemu dengan Jamal, ketika wafatnya Syaikh KH Maimoen Zubair saat melakukan shalat jenazah di Daker Makkah dan pertemuan NU se-Dunia di Mekah.
"Beliau saat ini menjadi Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah NU Jawa Timur. Beliau sosok yang supel, pandai bergaul, dan mudah akrab," kenang Jamal.
"Pasca-wafatnya Sang Kakak, Gus Zaki praktis yang meneruskan estafet kepemimpinan Pesantren dan menyebarkan karya Hadlratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari. Selamat jalan Gus, penulis bersaksi Jenengan orang yang baik, baik, dan baik," kata Jamal Ma'mur Asmani.
Advertisement