Mengapa Madzhab Fikih Syafi’i Tetapi Akidahnya Asyari? (1)
Di YouTube begitu banyak disebarkan Aqidah Salaf versi Syekh Ibnu Taimiyah, mulai yang senior seperti Ust Yazid Jawaz hingga yang muda seperti Ust Badru Salam.
Kemudian muncul dai sejuta Follower, Ust Abdul Somad, yang membawakan Aqidah Asy'ariyah, yang menjadi Aqidah mayoritas umat Islam di berbagai negara. Dan berhasil memporak-porandakan pertahanan mereka.
Ada banyak 'serangan' yang dialamatkan kepada Ust Abdul Somad berkaitan dengan masalah Aqidah ini. Hingga beberapa waktu lalu menjadi viral di dunia maya suatu tayangan "Ust Abdul Somad bertanya, KH Idrus Ramli menjawab".
Di antara pertanyaan awal adalah serangan dari mereka "Mengapa Fikih Madzhab Syafi'i tetapi Aqidahnya Asy'ari?".
"Ust Idrus sudah memberi jawaban, tapi saya melengkapi jawaban itu dengan beberapa catatan para ulama Syafi'iyah terdahulu," tutur Ustadz Ma'ruf Khozin, Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur. Berikut penjelasan pertama:
Mengapa Madzhab Fikih Syafi’i Tetapi Akidahnya Asyari?
Ini adalah pertanyaan yang meracuni para pengikut Madzhab Syafii di bidang Fikih dan Madzhab Asy’ari di bidang akidah. Sekilas memang masuk akal dan membuat keragu-raguan. Namun menjawabnya sebenarnya sangat mudah. Bahwa tidak ada pertentangan antara Akidah Imam Syafii dan Imam Asy’ari.
Kalau masih ditanya jika tidak ada pertentangan lalu mengapa tidak langsung ikut akidah Imam Syafii? Kita jawab bahwa kitab-kitab Imam Syafii yang sampai kepada kita secara mutawatir adalah kitab fikih. Mana kitab akidah karya Imam Syafii yang secara valid sama seperti riwayat Al-Umm yang sampai kepada kita? Berapa jumlahnya? Siapa para perawinya? Sementara ilmu akidah yang diriwayatkan dari Imam Asy’ari yang sampai kepada kita secara valid adalah akidah Imam Asy’ari.
Isyarat Hadis Ulama Ahli Akidah Dari Asy’ari
Mengapa dalam akidah kita memilih Madzhab Asy’ari? Sebab ada penjelasan hadis yang menjelaskan tentang keutamaan Kabilah Asy’ari yang secara khusus bertanya kepada Nabi tentang ilmu Akidah:
فَقَالَ اقْبَلُوا الْبُشْرَى يَا أَهْلَ الْيَمَنِ إِذْ لَمْ يَقْبَلْهَا بَنُو تَمِيمٍ قَالُوا قَدْ قَبِلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالُوا جِئْنَاكَ نَسْأَلُكَ عَنْ هَذَا الْأَمْرِ قَالَ كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ وَخَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ
Nabi bersabda: “Terimalah kabar gembira, Wahai Penduduk Yaman, karena tidak diterima oleh Bani Tamim”. Mereka bertanya: “Telah kami terima, wahai Rasulullah. Kami datang untuk bertanya tentang masalah ini (awal penciptaan)”. Nabi bersabda: “Allah telah ada, tidak ada sesuatu apapun selain Allah. Arsy Allah ada di atas air. Allah mencatat di Lauh Mahfudz segala sesuatu. Allah menciptakan langit dan bumi” (HR Al-Bukhari 2953)
Ahli hadis Al-Hafdiz Ibnu Hajar yang akidahnya bermadzhab Asy’ari berkata:
وَاسْتَنْبَطَ بَعْضُهُمْ مِنْ سُؤَالِ الْأَشْعَرِيِّيْنَ عَنْ هَذِهِ الْقِصَّةِ أَنَّ الْكَلَامَ فِي أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَحُدُوْثِ الْعَالَمِ مُسْتَمِرَّانِ فِي ذُرِّيَّتِهِمْ حَتَّى ظَهَرَ ذَلِكَ مِنْهُمْ فِي أَبِي الْحَسَنِ الْأَشْعَرِي أَشَارَ إِلَى ذَلِكَ ابْنُ عَسَاكِرَ
Sebagian ulama berdalil dari pertanyaan Kabilah Asy’ari tentang kisah ini bahwa pembahasan ilmu Akidah dan alam yang baru tercipta akan tetap ada dalam keturunan mereka hingga tampak dari mereka dalam diri Abu Hasan Al-Asyari. Masalah ini dijelaskan oleh Ibnu Asakir (Fath Al-Bari 6/290)
Siapa Imam Abu Hasan Al-Asy’ari?
أَبُو الْحَسَنِ الْأَشْعَرِي الْبَصْرِي إِمَامُ الْمُتَكَلِّمِيْنَ وَنَاصِرُ سُنَّةِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَالذَّابُّ عَنِ الدِّيْنِ وَالْمُصَحِّحُ لِعَقَائِدِ الْمُسْلِمِيْنَ مَولِدُهُ سَنَةَ سِتِّيْنَ وَمِائَتَيْنِ وَقِيْلَ سَنَةَ سَبْعِيْنَ أَخَذَ عِلْمَ الْكَلَامِ أَوَّلًا عَنْ أَبِي عَلِيٍّ الْجُبَائِي شَيْخِ الْمُعْتَزِلَةِ ثُمَّ فَارَقَهُ وَرَجَعَ عَنِ الْاِعْتِزَالِ وَأَظْهَرَ ذَلِكَ وَشَرَعَ فِي الرَّدِّ عَلَيْهِمْ وَالتَّصْنِيْفِ عَلَى خِلَافِهِمْ وَدَخَلَ بَغْدَادَ وَأَخَذَ عَنْ زَكَرِيَّا السَّاجِي وَغَيْرِهِ
Abu Hasan Al-Asy’ari, orang Basrah, pemimpin ulama ilmu Kalam, penolong sunah Nabi, pembela agama, yang mensahihkan akidah umat Islam. Lahir pada 260 H, ada yang mengatakan 270. Awalnya belajar ilmu Kalam kepada Abu Ali Al-Jubai, pemimpin Muktazilah. Lalu Abu Hasan Al-Asy’ari berpisah dengan gurunya dan keluar dari Muktazilah. Ia memperlihatkan hal itu dan mulai melakukan penolakan terhadap Muktazilah dan menulis kitab yang berbeda dengan mereka. Kemudian Abu Hasan Al-Asy’ari datang ke Baghdad dan belajar kepada Zakariya As-Saji dan lainnya (Syekh Ibnu Qadhi Syuhbah, Thabaqat Asy-Syafiiyah 1/113)
(bersambung)