Mengancam Allah Berarti tak Pernah Baca Al-Quran, Kata Gus Mus
KH A Mustofa Bisri mengaku teringat sosok KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang dianggapnya sebagai orang besar. Di dalam kebesarannya, di mata Gus Dur semua hal tampak ringan dan kecil.
Karenanya, menghadapi hiruk pikuk pemilu sekarang ini, Gus Mus mengajak masyarakat meniru Gus Dur. Yakni dengan menganggap pemilu hal yang ringan dan tak perlu membesar-besarkan gelaran lima tahunan baik Pilkada, Pileg, maupun Pilpres. Sebab, kata Gus Mus, pesta demokrasi itu semestinya tidak memunculkan permusuhan apalagi sampai mengajak Allah ikutan berpolitik praktis.
“Takut kalah sampai mengancam Allah itu artinya tidak pernah membaca Al-Quran. Allahu akbar kok dinggo tukaran (untuk berantem). Padahal, jelas dalam kitab tertulis tidak ada ketakutan yang bisa mengalahkan Allah. Kita itu sangat kecil. Kecil sekali. Jangan berlebihan, pilkada, pilpres itu jangan dianggap berat,” imbau Gus Mus, yang sesepuh Nahdlatul Ulama ini.
“Pilkada, pemilu saja kalian anggap akbar. Padahal ada Allah Yang Maha Besar, Maha Akbar. Jangan lupakan itu. Lha Gus Dur ini selalu bilang gitu saja kok repot? Artinya semuanya itu hanyalah masalah kecil. Jangan dianggap repot,” kata Gus Mus.
“Pilkada, pemilu saja kalian anggap akbar. Padahal ada Allah Yang Maha Besar, Maha Akbar. Jangan lupakan itu. Lha Gus Dur ini selalu bilang gitu saja kok repot? Artinya semuanya itu hanyalah masalah kecil. Jangan dianggap repot,” kata Gus Mus, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien Leteh Rembang ini.
Di luar sikapnya yang santai, Gus Dur sebut Gus Mus adalah sosok yang sangat rendah hati. “Saat ada yang memberi julukan pada Gus Dur sebagai wali, dirinya menolak. Dengan gaya khasnya, Gus Dur selalu bilang kalau dirinya memang wali, tapi wali murid,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, mengingat candaan Gus Dur.
Bahkan lanjut Gus Mus, Gus Dur pernah melakoni sejumlah pekerjaan dan hidup amat sederhana. “Dulu dia sempat melarat, bahkan pernah jualan es yang dikemas dalam plastik dan diwadahi termos, apa itu namanya? Dia juga pernah menjadi sopir taksi. Dia tidak takut miskin. Dia hanya takut Allah,” kenang Gus Mus.
Bukti kebesaraan dan kerendahan hati Gus Dur tampak saat presiden keempat ini dilengserkan dari kursi presiden. Gus Dur tidak pate’ken dilengserkan jabatannya. “Dia tidak pernah susah. Bahkan diminta mundur saat jadi presiden, ya dia mundur begitu saja,” tutur Gus Mus.
Gus Mus memberikan renungan bagi kita bersama. Ia mengungkapkan hal itu sebelumnya di depan puluhan ribu orang dari berbagai daerah hadir membanjiri acara Haul ke-9 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Stadion Sriwedari Solo, Jawa Tengah, Sabtu 23 Februari 2019 malam.
Selain Gus Mus di antara puluhan ribu masyarakat yang mengikuti acara puncak Haul Presiden RI keempat RI ini, hadir tokoh dan kiai, seperti Pimpinan Ponpes Al-Muayyat Solo KH Abdul Rosaq Shofawi, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Kemenag RI Oman Fathurahman, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin, Kapolda Irjen Condro Kirono, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi, Wali Kota Surakarta F.X Hadi Rudyatmo. Haul Gus Dur juga dihadiri ibunda Presiden Jokowi, Sudjiatmi Noto Mihardjo, serta dari pihak keluarga Putri Presiden RI ke-4 Gus Dur, Yenny Wahid. (adi)