Mengamalkan Doa Nabi Isa Bolehkan? Ini Keistimewaan Mukjizat Nabi
Bagaimana hukum mengamalkan Doa Nabi Isa dalam Al-Quran Surat Al-Maidah Ayat 114?
Pertanyaan ini kerap beredar di kalangan umat Islam. Apakah belum cukup dengan mengamalkan bacaan doa yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW)?
Nabi Isa alaihissalam (a.s.) pernah berdoa kepada Allah yang terekam dalam QS. Al-Maidah ayat 114, sebagai berikut:
114- قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآَخِرِنَا وَآَيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ.
“Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama.”
Tafsir Al-Quran
Menurut penuturan dalam beberapa kitab tafsir Al-Quran, bahwa yang meminta kepada Nabi Isa as supaya Allah menurunkan hidangan dari langit adalah orang-orang Hawariyun, melalui tokoh seniornya yaitu Syam’un. Hal itu dikarenakan oleh beberapa sebab, antara lain:
Mereka membutuhkannya, karena kebiasaan Nabi Isa as apabila bepergian diikuti oleh ribuan pengikutnya dan mereka kebetulan kekurangan belanja untuk membeli makanan.
Untuk menenteramkan hati mereka bahwasanya Nabi Isa as itu benar-benar utusan Allah.
Untuk menguji apakah benar Isa as adalah Rasul Allah dan mereka meminta bukti berupa mukjizat yang konkret bisa dilihat oleh indera mereka.
Ada pula sementara mufassir yang berpendapat, bahwa hidangan itu tidak jadi diturunkan oleh Allah, karena mereka itu takut kalau-kalau melanggarnya sesudah makan hidangan itu dan mendapat azab yang dahsyat dari Allah SWT.
Menurut hemat Majelis Tarjih dan Tajdid, dengan melihat konteks ayat itu memang benar-benar Allah SWT telah menurunkan hidangan itu (berupa roti dan daging atau buah-buahan) dari langit atas izin Allah SWT. Hari turun hidangan itu pada pagi atau petang hari Ahad. Karena itulah, orang Nasrani menjadikan hari Ahad sebagai hari raya.
Membaca ayat tersebut dalam bentuk doa menurut hemat Majelis Tarjih tidak ada salahnya, kalau yang dimaksud dengan permohonan itu untuk mendapat barakah dari Allah SWT, bukan untuk diturunkan hidangan dari langit. Sebab seperti telah disebutkan sebelumnya, hidangan itu adalah bukti kemukjizatan Nabi Isa as. Adalah hal biasa, umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW sering meminta kepada Nabinya untuk menunjukkan mukjizat yang bersifat konkret.
Mukjizat Nabi Muhammad SAW
Adapun mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang terbesar adalah Al-Quran yang bersifat maknawi dan berlaku sepanjang masa, bukan dengan mukjizat konkret (hissi) yang hanya berlaku semasa seseorang Nabi itu masih hidup, seperti tongkat Nabi Musa as, cincin Nabi Sulaiman as dan bahtera Nabi Nuh as.
Memang Nabi Muhammad SAW juga pernah diberi mukjizat hissi oleh Allah, tetapi tidak atas permintaan pengikutnya. Misalnya, dalam kehidupan Nabi SAW pernah terjadi hal yang mirip dengan peristiwa Nabi Isa as di atas, yaitu ketika rombongan Nabi SAW kehabisan air minum dan air wudlu dalam perjalanan umrah yang tidak jadi di Hudaibiyah, air hanya tinggal satu timba saja tidak ada yang lain lagi. Lalu Nabi SAW memasukkan tangan beliau ke dalam air dalam timba (ember) itu.
Setelah itu air keluar dalam timba-timba yang lain, semuanya diisi penuh, sehingga 1200 orang dapat minum dan berwudlu. Hal itu tidak terjadi karena permintaan sahabat atau tantangan sahabat kepada Nabi saw. Hal ini tidak berarti bahwa umat Nabi Muhammad saw tidak mempunyai kekhususan-kekhususan.
Umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) mempunyai sejumlah kekhususan atau keistimewaan, antara lain:
Allah tidak membebani umat Muhammad dengan sesuatu beban di luar kemampuannya.
Prinsip kemudahan dalam pengamalan agama.
Kemuliaan dengan rahmat khusus.
Umat Nabi Muhammad, umat yang adil dan pilihan.
Umat Nabi Muhammad tidak akan bersatu dalam kesesatan.
Umat Nabi Muhammad adalah sebaik-baik umat.
Kesempurnaan Syariat Islam.
dan lain-lain.
Jawaban Khas Muhammadiyah
Sebagai penutup jawaban Majelis Tarjih adalah sebaiknya kita berdoa dengan doa yang dituntunkan oleh Al-Quran dan as-Sunnah.
Rasulullah SAW tidak pernah berdoa dengan doa Nabi Isa as yang terdapat dalam surat al-Maidah (5): 114 tersebut, karena doa tersebut adalah tanda kemukjizatan bagi kaum Hawariyun ketika itu, untuk menenteramkan hati mereka dalam mengikuti Nabi Isa as, sama halnya dengan doa Nabi Ibrahim as yang ingin melihat Tuhan.
Lalu diperintah menyembelih beberapa ekor burung yang bermacam-macam, dagingnya dicampurkan dan ditumpuk-tumpuk di atas bukit. Nabi Ibrahim as akhirnya puas dengan bukti itu.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: muhammadiyah.or.id.