Mengaku Tak Bersalah, Ini Teroris Keji Masjid di Selandia Baru
Seorang pria yang dituduh melakukan aksi teror, dengan menyerang masjid di Selandia Baru tampak menyeringai sewaktu pengacaranya mengajukan pernyataan tidak bersalah atas dakwaan terorisme, pembunuhan dan percobaan pembunuhan pada hari Jumat 14 Juni 2019, sebelum hakim menetapkan persidangannya akan dilakukan bulan Mei tahun depan.
Ruang sidang dipenuhi 80 penyintas dan anggota keluarga 51 orang yang tewas, sementara sekitar 60 lainnya menyaksikan sidang melalui video di ruang yang penuh sesak di Pengadilan Tinggi Christchurch.
Empat penasihat budaya dan staf lainnya ditugaskan untuk membantu para korban dan kerabat mereka memahami proses peradilan dan langkah-langkah selanjutnya dalam kasus tersebut.
Seorang lelaki yang berbicara kepada para penyintas mengatakan mereka telah berdoa selama Ramadhan dan bahwa komunitas Muslim akan saling membantu dan mendukung dalam beberapa pekan dan bulan mendatang.
Brenton Tarrant, warganegara Australia berusia 28 tahun yang dituduh melancarkan aksi terorisme dengan memberondong senjata pada jamaah masjid di Selandia Baru, hadir dalam sidang melalui tautan video dari penjara dengan tingkat keamanan maksimal di Auckland, tempat ia ditahan. Suara video itu dimatikan dan Tarrant tidak tampak berusaha untuk berbicara.
Selain menyeringai beberapa kali, Tarrant menunjukkan sedikit sekali emosi selama proses sidang. Sewaktu Hakim Cameron Mander bertanya apakah ia dapat mendengar dan melihat apa yang terjadi di ruang sidang, Tarrant mengangguk. Kadang-kadang ia melihat sekeliling ruangan dan meregangkan lehernya.
Hakim tidak mengizinkan kamera atau video di ruang sidang, namun mengizinkan seniman pembuat sketsa yang ditugaskan oleh Associated Press.
Tarrant telah dikenai 55 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan dan satu dakwaan terorisme terkait dengan penembakan pada 15 Maret lalu.
Mander mengatakan hasil dua pemeriksaan kesehatan mental menunjukkan Tarrant tidak memiliki masalah terkait kemampuannya mengajukan pembelaan dan menjalani persidangan. Pemeriksaan semacam itu merupakan hal standar dalam kasus pembunuhan.
Hakim menjadwalkan sidang selama enam pekan dimulai pada 4 Mei 2020. (ap/an)
"Selain menyeringai beberapa kali, Tarrant menunjukkan sedikit sekali emosi selama proses sidang. Sewaktu Hakim Cameron Mander bertanya apakah ia dapat mendengar dan melihat apa yang terjadi di ruang sidang, Tarrant mengangguk. Kadang-kadang ia melihat sekeliling ruangan dan meregangkan lehernya."