Ajak Publik Berapresiasi, 8 Perupa Bali Hadirkan Karya Abstrak
Delapan perupa tergabung dalam komunitas C5 Bali (Critical, Communication, Collaboration, Coorperation dan Creativity) menyuguhkan 22 karyanya dalam pameran yang bertajuk #abstrAction.
Mereka adalah Gusti Buda, Ketut Agus Mardika, Ketut Sugantika, Adi Wirawan, Made Galung Wiratmaja, Made Supena, I Wayan Armata dan nyoman Dwirupa.
Pameran ini diselenggarakan di Galeri Paviliun House Of Sampoerna Surabaya, pada tanggal 21 Juni sampai 13 Juni 2019.
Bali yang kental dengan budaya beserta kehidupan sehari-hari yang ada didalamnya merupakan inspirasi bagi para seniman atau perupa C5 Bali.
Judul #abstrAction adalah bukti aksi serta usaha yang dilakukan oleh para perupa dalam menyorot persoalan sehari-hari masyarakat Bali. Hidup dalam tradisi yang kental ditengah-tengah pesatnya modernifikasi seringkali harus menghadapi pertentangan.
"Kuatnya adat istiadat tumbuh, berkembang dan berjalan bersamaan dengan budaya modern merupakan spirit dualisme yang harus selalu dijaga, kami ingin berbagi melalui seni lukis abstrak dan menambah wawasan pada penikmat seni di Surabaya," ujar Ketut Sugantika, ketua pameran #abstrAction
Dalam pameran ini penggunaan cat akrilik lebih ditonjolkan, perpaduan berbagai warna yang cerah dan berani serta teknik yang berbeda dari masing-masing seniman menjadi kekuatan tersendiri.
Seperti tiga lukisan dengan media akrikil dan benang rajut karya I Wayan Arnata yang berjudul 'Intuition', 'Intuition I'dan 'Baren Hill' merupakan karya seni lukis dengan teknik ngodi yaitu, teknik kreasi benang tradional bali.
"Karya saya ini terinspirasi dari pengalaman masa kecil saya bersama kakek saya dulu, meskipun ini teknik tradisional bali dalam aplikasinya saya beri inovasi karena, tidak semua teknik ngodi bisa diaplikasikan disini," kata Wayan Arnata, saat ditemui di House Of Sampoerna, Rabu, 19 Juni 2019
Mengenai warna dan pola, Wayan Arnata menjelaskan tidak ada yang khusus, karena semuanya berdasarkan intuisi dari pelukis. "Namanya juga intuisi tergantung mood saya waktu itu bagaimana," imbuhnya
Berbeda dengan Ketut Sugantika yang menghadirkan komposisi karya simetris dan seimbang seperti konsep mandala pada ketiga karyannya yang berjudul 'Blue Volcano'
Menurutnya, karya ini terinspirasi dari lava gunung yang ia potret dari ketinggian. "Filosofinya ketinggian gunung bisa disombilkan sebagai kesuksesan seorang manusia, dimana semakin sukses akan semakin naik taraf hidupnya," ungkap Ketut Sugantika
Keduanya berpendapat bahwa karya seni abstraksi adalah karya yang multitafsir dan bisa diartikan apa saja tergantung dari suasana hati dan keadaan saat seseorang melihat karya tersebut.
"Kami ingin mengajak setiap orang yang melihat karya kami untuk berimajinasi lebih luas lagi. Karena, abstraksi ialah karya multitafsir," papar Ketut Sugantika
Ia dan teman-temannya berharap dengan adanya karya ini dapat meninspirasi masyarakat untuk memahami dan mencintai seni lukis abstrak. Khususnya warga Surabaya. (pts)
Advertisement