Ulama Perempuan: Menengahi Konflik Eko Kuntadhi vs Ning Imaz
Menyusul adanya perundungan atau hinaan dari Eko Kuntadhi dan beberapa akun anonim di twitter, Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra akhirnya buka suara. Ia mengkau, Eko Kuntadhi segera datang secara langsung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur untuk menyampaikan permohonan maaf.
"Pihak Eko memang sudah ada iātikad baik untuk datang ke Lirboyo dan minta maaf secara langsung," ungkap Ning Imaz, panggilan akrab ulama perempuan muda dari Pesantren Lirboyo ini.
Seorang ulama perempuan dari pesantren, Nyai Shuniyya Ruhama menulis "Menengahi Konflik Antara Eko Kunthadi dan Ning Imaz Rifqil". Berikut uraian Shuniyya Ruhama, Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri Kendal, Jawa Tengah. (Redaksi).
Mendefinisikan surga beserta perdetailnya memang cukup riskan. Apalagi kalau konteksnya masih dihubungkan dengan kenikmatan badani. Sehingga menjadi sesuatu yang kalau tidak dibarengi dengan nash suci dan syarohnya maka akan bisa terbaca "lain".
Beberapa waktu belakangan, kita menjadi risih tatkala ada penceramah yang menjelaskan tentang pesta seks di surga, tentang penjemputan 72 bidadari kalau mau jadi pelaku bom bunuh diri dan selanjutnya. Narasi-narasi ini kemudian dikounter oleh banyak penceramah baik lisan maupun tulisan.
Sehingga masih menyisakan stock of knowledge dan prejudis bahwa menerangkan surga yang ujung-ujungnya bermuara pada syahwat badani adalah karakter khas dari kelompok tertentu yang dipandang dangkal agamanya.
Padahal, ada beberapa pendeskripsian itu secara letterlijk benar-benar ada di Hadits dan Kitab Tafsirnya. Hanya saja penjelasannya harus lengkap dan proporsional. Tidak asal comot seperti yang sudah-sudah.
Kontra Pemikiran Aneh
Lalu, terjadilah peristiwa yang tidak mengenakkan bagi kita semua. Ketika Ning Imaz menerangkan salah satu deskripsi ini, maka membuat ingatan sebagian orang langsung tertuju pada golongan tersebut. Salah satunya ialah Mas Eko Kunthadi, seorang pegiat medsos beraliran Nasionalis yang sering melakukan kontranarasi kepada pemikiran-pemikiran aneh tersebut.
Penulis sangat yakin bahwa Mas Eko belum mengenal Ning Imaz. Bahwa beliau adalah seorang Ulama Muda Perempuan dari garis nasab dan sanad yang jelas dan tidak ada keraguan di dalamnya.
Secara nasab beliau merupakan keluarga besar dari Pondok Pesantren Lirboyo Jawa Timur yang tidak perlu diragukan keilmuannya. Beliau diperistri oleh Gus Rifqil Muslim Suyuthi, putra dari KH Suyuthi salah satu Ulama Kendal yang jelas dan tegas juga muktabar keilmuannya.
Sehingga ketika terjadi ketidakcocokan maka bisa dilakukan tabayun ataupun belajar mencari referensi yang dipakai oleh Ning Imaz ini. Dan alangkah indahnya apabila Ning Imaz juga menunjukkan referensi yang beliau terangkan tersebut jika memang ada dan diperlukan.
Sebab, sebenarnya keterangan Ning Imaz juga "dipertanyakan" keabsahannya oleh beberapa aktivis perempuan Islam yang mencurahkan keraguannya kepada penulis. Jika memang dirasa penting dan shohih bisa ditunjukkan, maka klir-lah semuanya.
Dalam khazanah keilmuan ahlussunnah wal jama'ah di Nusantara dikenal adanya khilafiyah. Jika bersumber dari dasar yang sama-sama valid, dua pendapat yang berbeda bahkan terkesan saling bertentangan tidak bisa disalahkan salah satunya. Dan keduanya akan saling menghormati. Justru perbedaan ini menjadi rahmat. Sebab, dikembalikan kepad umat, silakan mengikuti yang paling mudah dan atau paling ringan.
Begitu Mas Eko mendapat teguran halus dari Gus Nadirsyah Hosen yang terkenal kealimannya, beliau segera menghapus postingannya tersebut. Artinya, bisa disebut bahwa beliau mengaku bersalah. Lalu disusul dengan ucapan permintaan maaf secara online. Semakin lengkap sudah.
Jadi, tinggal beliau silaturahim ke keluarga besar Ning Imaz saja. Pasti akan diterima dengan sangat baik dan menjadi silaturahim yang luar biasa. Dan semua pecinta Lirboyo khususnya dan para santri NU pada umumnya bisa legowo.
Begitu juga akan menunjukkan sikap ksatriya Mas Eko Kunthadi yang terkenal sangat cerdas dalam membawakan narasi-narasinya. Tidak ada kata terlambat. Ketidaksengajaan ini biarkanlah segera berlalu dan menjadi keindahan pada masa depan.
Sangat berharap bahwa ke depan akan muncul para Bu Nyai dan para Ning yang turut serta mengisi ruang online menyebarkan faham ahlussunnah wal jama'ah agar menjadi semakin mendominasi dalam kehidupan beragama Islam di Indonesia tercinta.
Demikian juga ketika melihat ada penjelasan yang dipandang aneh atau tidak cocok dengan yang diyakini selama ini, sebelum memberi reaksi keras hendaknya ditelusuri dulu identitas pemberi statemennya. Jika memang bukan sumber kredibel maka silakan bereaksi keras. Namun, bila bersumber dari personal yang muktabar, maka bisa klarifikasi secara personal tanpa harus pakai gaya gas pol seperti ketika menghadapi lawan narasi umumnya.
Shuniyya Ruhama
Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah Weleri Kendal, Jawa Tengah.
Advertisement