Menelusuri Jejak Majapahit Timur (bagian I)
Lima arkeolog masih asyik membersihkan bongkahan batu bata tua di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Lumajang, beberapa waktu lalu. Kape, dan cangkul kecil di tangan berdentingan di permukaan batu bata merah berukuran jumbo.
Di dasar lubang seluas 10 meter persegi itu, para arkeolog dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Balai Arkeologi Yogyakarta ini tampak menggali sisa-sisa benteng yang membentang di sekitar kawasan situs Biting, sebuah situs yang konon berbentuk sebuah benteng terluas di masa klasik atau sebelum masa penjajahan Belanda.
Ada dua titik yang mereka gali. Blok Pengungakan atau bagian benteng yang berbentuk mirip tempat untuk mengintip musuh; serta di blok Gerbang atau blok yang diyakini sebagai gerbang utama benteng.
Dibantu beberapa tenaga lokal, arkeolog ini melakukan eskavasi penyelematan serta mencari kebenaran hakiki luas benteng peninggalan Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang terpendam itu.
Hasil dari penggalian yang dilakukan, ketebalan dinding benteng bervariasi antara 3-6 meter. "Ketinggian dinding benteng juga bervariasi antara 6-10 meter," kata Masyhudi, ketua tim peneliti, di sela proses penggalian.
Penggalian yang dilakukan para Arkelolog petang itu, bukanlah yang pertama kali. Sejak 1982, penelitian sudah kerap dilakukan. Dan kali ini adalah penelitian yang ke-12.
Dari beberapa kali penggalian, luas situs Biting diperkirakan mencapai 135 hektar dan mencakup 6 blok atau area yaitu blok Keraton seluas 76,5 hektare, blok Jeding atau pemandian 5 hektare, blok Biting 10,5 hektare, blok Randu 14,2 hektare, blok Salak 16 hektare, dan blok Duren 12,8 hektare.
Di blok-blok tersebut, diduga ada beberapa titik yang dulu dipergunakan sebagai kawasan pemukiman, kawasan pemandian atau Taman sari serta kawasan peribadatan. "Kami juga menemukan banyak artefak seperti keramik Cina dan geranah kuno dari abad ke 12 hingga abad ke 16," kata Masyhudi.
Gunadi Hasnumiharjo, tim peneliti yang juga dari Balai Arkeologi Yogyakarta mengatakan, dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya, lubang galian selalu ditutup kembali. Namun, untuk ekskavasi terakhir, masyarakat dan pemerintah Lumajang minta hasil penggalian tak diurug lagi.
"Biar diketahui masyarakat bahwa ada peninggalan bersejarah yang harus dijaga kelestariannya," kata Gunadi. Apalagi, penelitian yang dilakukan terakhir setidaknya berhasil menemukan struktur secara detail benteng.
Arkeolog dari Udayana Bali Aries Purwantiny mengatakan, Situs Biting, akan mengungkap sejarah Majapahit dan Lumajang yang saat ini masih diselimuti banyak misteri. Majapahit sangat erat hubungannya dengan Lumajang.
"Di masa Majapahit, ternyata ada yang penting berupa situs Biting tetapi belum diungkap," kata Aries. Dalam kitab kuno seperti Negara Kertagama disebutkan, Majapahit itu dikelilingi benteng. "Padahal di Trowulan sampai saat ini belum ditemukan struktur benteng seperti di Situs Biting," katanya.
Dan di Biting sendiri, benteng yang ditemukan sungguh luar biasa karena dibangun dengan memanfaatkan struktur alam seperti dikelilingi jurang dan tiga sungai alam serta satu sungai buatan.
Dari bentuk benteng yang mengelilingi kawasan seluas 135 hektare dan memanjang sejauh sekitar 10 kilometer, situs ini diyakini sebagai karya terbesar di zamannya. Artinya, ada banyak misteri yang belum terungkap. bersambung (wah)
Advertisement