Menelusuri Jejak Eks Transmigran Pembunuh Pemilik Toko di Blitar
Tersangka Dwi Kusuma Yuda nekat mencuri bahkan tega menghabisi Bisri Effendi, pemilik toko di Blitar karena tekanan ekonomi. Kapolres Blitar AKBP Leonard M Sinambela mengungkap motif pembunuhan tersebut dalam konferensi pers. Ngopibareng.id pun menelusuri jejak Yuda di mata tetangganya?
Yuda adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Ibunya, Marti, berstatus janda setelah kematian suaminya. Menurut Jupri, Ketua RT tempat tinggal Yuda di Desa Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Blitar, menyebut orangtua Yuda pernah mengikuti program transmigrasi ke Pulau Sumatera.
“Ekonomi keluarganya yang terbatas sehingga mereka ikut program transmigrasi,” jelas Jupri yang rumahnya berhadapan dengan keluarga Yuda.
Tanpa merinci waktunya, Jupri menyebut, Yuda dan ibunya balik ke kampung halaman, setelah kepala keluarganya meninggal dunia. Sedangkan kakak Yuda masih menetap di Sumatera karena telah berkeluarga. “Tinggal berdua saja di rumah,” sambungnya.
Ibu dan anak ini, lanjut Jupri, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan mengandalkan uang hasil penjualan rumah di Sumatera. Saat baru tiba dari Sumatera, Yuda biasa nongkrong di warung kopi (warkop) milik Joko.
“Mainan HP kana da WiFi gratisan,” jelas Joko yang bersama Jupri.
Belakangan ini, kondisi ekonomi keluarga Yuda seret. Lama-kelamaan uang hasil penjualan rumah mereka di Sumatera habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari, kata Jupri, tergantung dari pemberian tetangganya. Bahkan, beberapa hari sebelum kejadian pembunuhan, Marti tidak memasak selama dua hari karena tidak ada uang.
“Tetangga kasih makanan matang. Marti adalah salah satu penerima bantuan langsung tunai (BLT),” jelas Jupri.
Joko sendiri menilai Yuda sebagai pemuda yang baik. “Dia pendiam dan sopan kepada orang yang lebih tua. Ketika ngopi dan hutang rokok, pasti menepati janjinya,” ungkapnya.
Selain pendiam, Yuda sebetulnya mempunyai keahlian dan kreatif. “Pernah pada pawai peringatan Hari Kemerdekaan, Yuda dipasrahi membuat modifikasi mobil tangka,” terangnya.
Menurut Joko, beberapa hari sebelum Yuda menghabisi nyawa Bisri, ia sempat mencuci motor di tempat pencucian dekat warkop. Tapi tidak berselang lama, sepeda motor merek Yamaha itu sudah ditarik leasing. Bayar cicilannya tak lancar.
“Memang pernah didatangi petugas leasing sepeda motor yang menanyakan keberadaan sepeda motor Yamaha Aerox warna biru. Tapi kita tidak tahu kemana motornya itu,” jelas Joko diamine Jupri.
Yuda, lanjut Joko pernah ikut membantu di sebuah bengkel yang tidak jauh dari rumahnya. Tapi dia tidak bekerja setiap hari. Ia sendiri juga sempat membuka bengkel di belakang rumahnya, tapi usaha itu mandek.
“Nama usaha ada seretnya. Padahal dia bisa memperbaiki sepeda motor teman-temannya,” sambung dia.
Saat ini, rumah Yuda dipasang garis polisi (police line). Sebab, rumah tersebut sempat menjadi lokasi persembunyian pemuda 22 tahun itu, usai mencuri uang Rp 1.550.000 dan menghabisi nyawa Bisri Effendi.
Korban dipukul pakai gagang pacul hingga tewas bersimbah darah di dalam tokonya. Yuda mungkin berharap mendapatkan uang banyak, namun ia hanya menemukan uang tambahan Rp 250.000 dari dompet korban.
Saat kabur ke rumahnya, Yuda sempat mandi untuk membersihkan darah korban yang mengotori tubuhnya. Kini Yuda harus membayar perbuatannya dihadapan hukum. Dalam gelar perkara di Mapolres Blitar, tersangka Yuda hanya tertunduk lesu. Karena pembunuhan yang dilakukannya berujung kepada ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.