Menelusuri Jalan Menjemput Cinta, Lirik Momen Khusus Kiai Husein
KH Husein Muhammad, 9 Mei 2023 genap berusia 70 tahun. Acara menandai kelahirannya itu diperingati dengan sederhana.
Ulama pesantren yang juga dikenal pembela hak-hal perempuan dalam Islam, justru menyampaikan catatan dalam lirik "Menelusuri Jalan Menjemput Cinta" berikut ini.
Menelusuri Jalan Menjemput Cinta
Hidup hanyalah mampir untuk minum
dan istirah sesaat di bawah pohon
Dalam sebuah perjalanan spiritual
yang sarat misteri, terjal dan berliku
Rumah kita bukan di sini
Melainkan sesudah di sini
Di sini kita hanyalah tempat singgah
untuk beberapa hari saja
Setiap bulan, setiap pekan, setiap hari, setiap menit dan setiap embusan nafas
Kaki kita melangkah dan terus melangkah
Menuju persinggahan terakhir dan tak kembali
Untuk kemudian pulang ke rumah abadi
membawa cerita ceria dan luka
Cara kita menyusuri jalan
Dan cara kita belajar menghadapi sirkuit kemelut kehidupan
Telah menjadikan kita seperti sekarang ini
Ada riang ada luka
Ada canda ada nestapa
Ada dualitas yang kan pernah usai
Apa sesungguhnya yang kau cari
O, manusia?
Damai dan Bahagia, katamu
Jika kau mencari bahagia
Jemputlah cinta
Cintalah asal kita menjadi ada
Cintalah yang membuat kita damai
Cintalah yang mengubah pahit jadi manis,
Yang bikin kerikil jadi permata,
keruh jadi bening,
sakit jadi sehat
penjara jadi taman bunga.
Kenangkan sejenak, saat perpisahan
Bekalmu adalah apa yang sudah kau kerjakan dan kau berikan.
Terkait dengan cinta dalam dimestik sufistik, Kiai Husein Muhammad amat suka dengan kisah Qais (Majenun) dan Layla. Berikut diturunkan salah satu larik dari puisi tentang hal itu.
Qais (Majnun) & Layla
Kerabat dan handai-taulanku mencela
Karena aku telah dimabukkan oleh dia
Ayah, putera- putera paman dan bibik
Mencela dan menghardik aku
Mereka tak bisa membedakan
Cinta dan hawa nafsu
Nafsu mengatakan pada mereka,
Keluarga kami berseteru
Mereka tidak tahu,
Dalam cinta tak ada seteru atau sahabat
Cinta hanya mengenal kasih sayang
Tidakkah mereka mengetahui?
Kini cintaku telah terbagi
Satu belahan adalah diriku
Sedang yang lain kuberikan untuknya
Tiada tersisa selain untuk kami
Wahai burung-burung merpati
Yang terbang diangkasa
Wahai negeri Irak yang damai,
Tolonglah aku !
Sembuhkan rasa gundah-gundah
Yang membuat kalbu tersiksa
Dengarkanlah tangisanku
Suara batinku
Waktu terus berlalu, usia makin dewasa
Namun jiwaku yang telah terbakar rindu
Belum sembuh jua
Bahkan semakin parah
Bila kami ditakdirkan berjumpa
Akan kugandeng lengannya
Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian
Sambil memanjatkan doa-doa pujian kepada Allah SWT.
Ya Raab, telah kujadikan dia
Angan-angan dan harapku
Hiburlah diriku dengan cahaya matanya
Seperti Kau hiasi dia untukku
Atau buatlah dia membenciku
Dan keluarganya dengki padaku
Sedang aku akan tetap mencintainya
Meski sulit aku rasa
Mereka mencela dan menghina diriku
Dan mengatakan aku hilang ingatan
Sedang dia sering terdiam mengawasi bintang
Menanti kedatanganku
Aduhai, betapa mengherankannya
Orang- orang mencela cinta
Dan menganggapnya sebagai penyakit
Yang meluluh- lantakan dinding ketabahan
Aku berseru pada singgahsana langit
Berikan kami kebahagiaan dalam cinta
Singkaplah tirai derita
Yang selalu membelenggu kalbu
Bagaimana mungkin aku tidak gila
Bila melihat gadis bermata indah
Yang wajahnya bak matahari pagi bersinar cerah
Menggapai balik bukit,
Memecah kegelapan malam
Keluarga berkata
Mengapakah hatinya wahai ananda?
Mengapa engkau mencintai pemuda
Sedang engkau tidak melihat
Harapan untuk bersanding dengannya
Cinta, kasih dan sayang telah menyatu
Mengalir bersama aliran darah di tubuhku
Cinta bukankah harapan
Atau ratapan
Walau tiada harapan,
Aku akan tetap mencintainya
Sungguh beruntung orang yang memiliki kekasih
Yang menjadi karib dalam suka maupun duka
Karena Allah akan menghilangkan
Dari kalbu rasa sedih, bingung dan cemas
Aku tak mampu melepas diri
Dari jeratan tali kasih asmara
Karena surga menciptakan cinta untukku
Dan aku tidak mampu menolaknya
Sampaikan salamku kepada dia,
wahai angin malam
Katakan, aku akan tetap menunggu
Hingga ajal datang menjelang...
Catatan:
Sebenarnya ini adalah syair sufi tentang kecintaan hamba kepada tuhannya. Namun tak jarang kita hanya terjebak pada keindahan cinta dalam kias kias dan nakirohnya.