Supatmi, Pejuang Pelestarian Alam
Jakarta: Kepergian Supatmi menyimpan duka dari banyak kalangan, salah satunya Komnas Perempuan menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya petani wanita 48 tahun yang gugur setelah memperjuangkan tanah sawahnya dari belenggu pabrik semen.
Patmi adalah warga Pegunungan Kendeng yang ikut aksi mengecor kaki menuntut haknya di depan Istana Jakarta. Ia meninggal karena serangan jantung dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.
"Komnas Perempuan menyampaikan belasungkawa dan rasa kehilangan yang dalam atas meninggalnya Ibu Patmi," kata Ketua Komnas Perempuan Azriana melalui keterangan tertulis. Azriana menuturkan, Patmi merupakan perempuan yang berjuang menyelamatkan kelestarian lingkungan dan masyarakat di Pegunungan Kendeng sejak tahun 2006.
Kepergian Patmi menambah deretan panjang sosok perempuan yang berani membela kemanusiaan. Hasil pemantauan Komnas Perempuan terhadap pengelolaan sumber daya alam, pendirian pabrik PT Semen Indonesia berdampak serius terhadap perempuan.
Azriana menilai, air, tanah, dan udara merupakan hak bagi perempuan. Kehilangan tanah merupakan kehilangan sumber kehidupan dan dimulainya pemiskinan.
"Ibu Patmi menjadi teladan mulia bagi para perempuan dan kita semua untuk tak kenal lelah berjuang menyelamatkan kelestarian alam," ujar Azriana.
Azriana menambahkan Alam adalah penyelamat manusia-manusia yang hidup didalamnyua. "Dengan menyelamatkan kelestarian alam, merawat ekosistem, kita menyelamatkan manusia-manusia didalamnya sebagai bagian dari mahluk hidup dalam rantai kehidupan bumi," tambah Azriana.
Azriana mengatakan, Komnas Perempuan merekomendasikan kepada Pemda Jawa Tengah dan PT Semen Indonesia untuk mentaati proses pembuatan Kajian lingkungan hidup Strategis (KLHS) dengan tidak melanjutkan aktivitas penambangan.
Ia meminta pembuatan KLHS dilakukan secara transparan, independen, dan melibatkan masyarakat. (frd)