Mendukung Ibu, Menjaga para Purna
Oleh: RWilis
Zaman bergulir, roda kehidupan berputar. Segala tentang perempuan terus-menerus menjadi tema yang menarik. Dulu, perempuan ikut serta turun ke publik memperjuangkan hak dan kesetaraan. Kiprahnya, menjadi momentum Hari Ibu 22 Desember. Apakah isu tersebut telah memenuhi harapan?
Roda terus berputar, gaung dan tuntutan kesetaraan bertambah gempita terdengar. Perjuangan perempuan terus bertumbuh di segala zaman. Bersamaan, pun para patriarki mengiringi tuntutan itu. Para laki-laki narsisi, diktaktor bahkan megaloman terus-menerus dilahirkan. Segi-segi kehidupan masih saja dihuni para anti kesejajaran.
Bagaimana dengan pilihan di rumah saja? Rumah adalah tempat aman bagi perempuan. Perempuan bisa tetap di rumah sambil tetap ringan menjalankan peran perempuan yang dimaui dunia. Didukung dengan para kapitalis yang mengiming-imingi kemudahan. Menciptakan teknologi yang meringankan makna BEKERJA. Perempuan tetap bisa menghasilkan karya, dari rumah saja. Anak-anak terjaga, sehat dan sejahtera. Iming-iming yang menyenangkan sekali. Peran domestik beres, tugas publik pun terpenuhi. Perempuan yang sempurna sekali.
Lalu yang tidak bisa mengakses teknologi, bagaimana? Yang mengalah lebih mendahulukan membeli pulsa buat game anaknya. Yang berada dalam labirin tanpa pilihan, bekerja mati-matian demi makan dan hidup sekadar menumpang. Atau mereka yang tidak memiliki kebebasan menentukan pilihan. Roda dunia berputar memamerkan segala wajah manusia. Mulai dari yang berdaya, setara hingga papa, tak punya daya tawar. Perempuan pun tak akan pernah selesai dan sampai pada titik perjuangannya. Ini karena setiap masa terus melahirkan para hipokrisi yang beraneka rupa.
"Jadi bekerja di rumah saja itu upaya merumahkan perempuan?"
Dunia memang seperti buah simalakama. Buah yang bila dimakan bapak, mati. Bila tidak dimakan, ibu yang mati.
Dunia memang sangat sibuk. Perempuan yang ikut sibuk apalagi ditambah beban berlipat. Dunia yang patriarkis terlanjur meletakkan tanggung jawab keluarga, terutama pengasuhan anak-anak hanya pada perempuan. Padahal perempuan pun dituntut menyumbangkan kapasitasnya, menggerakkan roda dunia. Merumahkan kembali perempuan menjadi pilihan. Tawaran bekerja dari rumah sepertinya sangat adil.
Apa iya?
Lagi-lagi, itu hanya pilihan.
Sebagai perempuan dan mempunyai anak-anak perempuan, saya ingin mereka tetap bisa bekerja dengan profesional, tenang dan berdaya guna. Memanfaatkan ilmu untuk kemaslahatan dan kemandirian secara ekonomi atau finansial. Oleh karenanya, itu membutuhkan dukungan, terutama bila mereka telah berkeluarga dan mempunyai balita. Tersedianya tempat penitipan anak atau daycare yang sehat dan menjamin tumbuh kembang anak balita adalah tuntutan. Pemerintah dan pelaksana kebijakan mestinya memprioritaskan ketersediaan fasilitas itu. Adanya tempat-tempat penitipan anak yang sehat dan terjangkau menjadi kebutuhan khususnya bagi ibu muda agar bisa bekerja dan membuktikan dirinya secara seimbang. Daycare yang berada dalam jangkauan tempat kerja para perempuan. Itu saja sebenarnya.
Ibu-ibu yang mesti meninggalkan anak akan lebih tenang bekerja karena adanya tempat yang menjamin dan mengawasi tumbuh kembang dan hak-hak dasar anak di masa enam tahun pertama. It takes a village to raise a child. Tugas ibu beranak dan mengasuh, mesti mendapat dukungan atau support system yang luas.
Bagaimana dengan Penitipan Lansia?
Menyambut The Aging Society, pemerintah pun wajib merancang adanya tempat yang aman bagi lansia. Tempat yang menjamin para lansia bisa menjalani hidup dengan berkualitas pada masa pensiunnya. Para lansia tetap dapat bersosialisasi, menjalankan aktivitas fisik yang nyaman dan itu artinya keadilan bagi warga yang telah berusia.
Jadi?
Merumahkan perempuan hanya satu tawaran solusi, hanya satu di antara banyak pilihan. Bekerja menggunakan teknologi hanya bagi yang memiliki literasi atau pengetahuan dunia digital yang mumpuni. Masih banyak sektor yang membutuhkan kehadiran fisik. Pengampu kebijakan publik harus menyediakan kebutuhan sesuai tuntutan zaman secara adil bijaksana. Betapa banyak pekerjaan rumah bagi pelaksana kebijakan. Apalagi ini tentang pemenuhan hak dasar bagi warga negara. Khususnya kepada IBU yang melahirkan anak-anak dan para ORANG TUA yang telah purna melakukan tugas.
Mari bersuara, menjadi berdaya, terus berkarya dan peduli!
SELAMAT HARI IBU
RWilis/Ketua Perlima
Jakarta, 22 Desember 2023
Advertisement