Mendikbud: Guru Harus Jaga Wibawa Supaya Tidak Dilecehkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Muhadjir Effendy mengingatkan kepada para guru agar menjaga wibawa. Guru tidak ada artinya di depan anak didiknya kalau tidak punya wibawa. Tapi sebaliknya guru juga tidak boleh kehilangan kelembutan.
"Wibawa dan tegas tapi tetap lembut," kata Mendikbud menanggapi ulah seorang siswa di daerah Wringinanom, Kabupaten Gresik yang menantang gurunya 'duel' gara-gara dilarang merokok di dalam kelas.
Lanjut Muhadjir, murid berani menantang gurunya gelut, selain anak didiknya yang tidak punya budi pekerti, ada kemungkinan guru yang dilecehkan muridnya itu kurang berwibawa di depan anak didiknya.
"Menjalin komunikasi yang baik antara guru dan anak didik adalah keniscayaan, tapi harus ada batasnya," kata Mendikbud. Dan batasan yang paling baik adalah tata krama atau budi pekerti.
Menurut Mendikbud, budi pekerti sekarang ini menjadi masalah yang cukup serius. Tidak ada unggah-ungguh antara yang muda dengan yang tua, disamaratakan.
Lalu bagaimana menyikapi anak didik yang melakukan kesalahan di sekolah? Muhadjir menambahkan siapa saja yang bersalah harus dikenakan sangsi. Tapi dalam menjatuhkan sanksi itu jangan sampai menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang undang negara.
Khusus untuk kejadian di Gresik, Mendikbud mengapresiasi cara penyelesainnya. Ibarat menangkap ikan, ikannya kena tapi airnya tidak sampai keruh.
"Penyelesaian yang bijak," kata Mendikbud kepada ngopibareng pada arena Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Pusdiklat Kemdukbud, Bojong Gede Depok, Selasa 12 Januari 2019. (asm).