Mencurahkan Ilmu untuk Kebaikan dan Berdebat dengan Baik
Mencurahkan Ilmu untuk Kebaikan dan Berdebat dengan Baik
Alkisah. Suatu saat, Hatim al-Asham masuk ke kota Baghdad. Ia mendapat kabar bahwa di sana terdapat seorang Yahudi yang mengalahkan ulama. Hatim al-Asham pun tertarik.
“Aku akan berbicara dengannya,” kata Hatim al-Asham.
Ketika si Yahudi datang, ia bertanya kepada Hatim al-Asham tentang apa yang tidak diketahui Allah Swt.? Apa yang tidak ditemukan di sisi Allah Swt.? Apa yang tidak ada dalam gedung Allah Swt.? Apa yang diminta Allah Swt. dari hamba? Apa yang diikatkan oleh Allah Swt.? Dan, apa yang dilepaskan oleh Allah Swt.?
“Apabila aku menjawabmu, apakah engkau mengakui kebenaran Islam?”
“Ya,” jawab orang Yahudi tersebut.
“Sesuatu yang tidak diketahui Allah Swt. adalah sekutu atau anak-Nya. Allah Swt. tidak mengetahui kalau diri-Nya mempunyai sekutu dan anak. Sesuatu yang tidak ada di sisi Allah Swt. adalah zhalim. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya, Allah Swt. tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikit pun.” (OS. Yunus (10): 44). Sesuatu yang tidak ada di dalam gedung Allah Swt. adalah fakir. Sebagaimana firman-Nya, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah Swt., pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah Swt.).” (OS. Al-Bagarah (21: 245).
Sesuatu yang diikatkan oleh Allah Swt. adalah tali pengikat bagi orang-orang kafir. Dan, sesuatu yang dilepaskan oleh Allah Swt. adalah ikatan tersebut bagi para kekasih-Nya,” jelas Hatim al-Asham. Setelah itu, si Yahudi masuk Islam dengan izin Allah Swt.
Semoga dapat mengambil hikmah dari kisah yang dikutip dari Kitab Am-Nawadir. Aaminn.
Advertisement