Mencintai Saat Luka, Hikmah Terindah dari Guru Spiritual Rumi
Pada dini hari yang tenang nan syahdu, KH Husein Muhammad terhanyut dalam kata-kata Guru spiritual Maulana Rumi: Syeikh Syamsuddin al-Tabrizi. Begini kisahnya.
Dalam Kaedah Cintanya yang 27, ia mengatakan kepada Rumi, murid terkasihnya:
يشبه هذا العالم جبلًا مكسوًا بالثلج، يردد صدى صوتك، فكل ما تقوله سواء أكان جيدًا أم سيئًا سيعود إليك على نحو ما. لذلك إذا كان هناك شخص يتحدث بالسوء عنك، فإن التحدث بالسوء بالطريقة نفسها عنه يزيد الأمور سوءًا. وستجد نفسك حبيس حلقة مفرغة من طاقة حقودة. انطلق وفكر طوال أربعين يومًا وليلة بأشياء لطيفة عن ذلك الشخص. إن كل شيء سيصبح مختلفا في النهاية، لأنك ستصبح مختلفا في داخلك.
"Dunia ini layaknya gunung bersalju yang menggemakan suaramu. Apa pun yang kau ucapkan, baik atau buruk, akan kembali padamu. Bila ada seseorang yang berpikiran buruk tentangmu, lalu kau mengatakan sesuatu yang sama buruknya tentang orang tersebut, maka itu hanya akan memperbesar masalah. Kau akan terperangkap dalam lingkaran energi buruk. Daripada begitu, lebih baik bila selama empat puluh hari dan empat puluh malam kau mengatakan dan memikirkan hal-hal yang baik tentang orang itu. Di akhir empat puluh hari nanti, semua akan berbeda, karena suasana jiwa dirimu pun akan berbeda".
Sanggupkah kita?
Aku diam membisu, memikirkan dan merenungkannya. Bagaimana aku sanggup menahan luka?.
Kata-kata itu begitu indah, meski mungkin tak banyak orang terpikat kepadanya.
Syams, sang darwish pengembara itu, menggambarkan sikap dan langkah itu bagai kisah api yang mencintai air. Katanya : "Cinta adalah air kehidupan. Dan seorang kekasih adalah jiwanya api. Semesta akan berputar ke arah berbeda manakala api mencintai air."
Martin Luther King Jr juga bicara indah, meski juga tak mudah diikuti banyak orang, termasuk aku. Katanya:
الكراهية لا يمكن ان تطرد الكراهية ، ولكن الحب فقط يمكن ان يفعل ذلك
"Kebencian tidak dapat mengusir kebencian: hanya cinta yang dapat melakukan itu".
Adakah yang sanggup mencinta saat luka?
Demikian catatan KH Husein Muhammad.(04.04.2021/HM)