Mencintai Nabi, Ini Fitnah Perlu Diwaspadai
Sebagai umat Islam, tentu kecintaan terhadap Rasulullah Muhammad saw tak tergoyahkan. Tentang mencita Nabi, KH Zainuddin Badruddin, pengasuh Pondok Pesantren An-Nur2 Al-Murtadlo Bululawang Malang, memberikan tausiyahnya berikut:
Allah berfirman: Katakanlah,"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad saw) , niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Imron ayat 31).
Diceritakan bahwasanya Bisr al Hafi bertemu Rasulullah saw didalam mimpinya.
"Ya Bisr apakah kamu tahu dengan apa Allah mengangkat derajatmu ? " tanya Nabi.
"Tidak wahai Rasulullah,” jawabnya.
"Dengan sebab khidmahmu kepada sholihin, dan nasehatmu kepada saudara, kecintaanmu terhadap teman dan orang-orang yang mengikutiku. dan juga sebab engkau mengikuti sunnahku." Jawaban halus Rasulullah saw.
Disebutkan pula dalam atsar bahwasanya orang yang senantiasa melakukan sunnah-sunnah Nabi ketika rusaknya sebuah kaum dan berbeda-bedanya mahdzab mereka maka baginya pahala seperti orang yang mati syahid seratus kali.
"Dan banyak hal ini kita saksikan langsung dengan mata kepala kita. Dan hendaknya tidak gegabah dalam menghukumi sesuatu supaya selamat pada zaman era fase fitnah ini."
Demikian juga keterangan mengatakan, semua ummatku masuk surga kecuali yang enggan.
Mereka berkata; siapa golongan yang enggan itu?
Barang siapa yang taat terhadapku maka surga tempatnya, dan barang siapa yang maksiat kepadaku maka dia benar benar membangkang.
Setiap amalan yang tidak ada dalam jejak langkahku maka amalan tersebut adalah maksiat.
Begitu indahnya Sunnah Nabi Muhammad saw.
Sebagian ulama berkata: Jika engkau melihat seseorang Syekh terbang di atas angin, atau berjalan di atas laut ataupula bisa memakan bara api dan kekeramatan-kekeramatan yang beraneka ragam. Akan tetapi ia meninggalkan fardhu dari pada yang difardhukan Allah atau Sunnah Rasulullah saw, meninggalkannya dengan sengaja, maka katakan kepadanya sesungguhnya engkau adalah pembohong yang mengaku-ngaku mendapat karamah yang engkau dapatkan itu adalah istidraj. Naudzubillahi min dzalik.
Dan banyak hal ini kita saksikan langsung dengan mata kepala kita. Dan hendaknya tidak gegabah dalam menghukumi sesuatu supaya selamat pada zaman era fase fitnah ini.
Berkatan Imam Junaid al Baghdadi: “Seseorang tidak akan sampai kepada Allah kecuali harus menghadapNya. Dan jalan untuk menuju kehadapanya adalah dengan mengikuti jejak langkah Rasullah saw.”
Sahl bin Abdillah al Tustari mengatakan, “Tanda orang yang mencintai Allah adalah mencintai Al-Quran, tanda cinta Al-Quran adalah mencintai Nabi Muhammad saw, dan tanda cinta terhadap Kanjeng Nabi adalah cinta terhadap sunnahnya, tanda seseorang cinta terhadap sunnahnya adalah cinta terhadap akherat, sedangkan tanda mencintai akherat adalah benci terhadap dunia, tidak mengambilnya kecuali hanya seperlunya saja dan untuk kepentingan akhirat.
Sebuah kisah sangat menarik terjadi pada Imam As Syibli. Ketika para jamaah berbondong-bondong mendatangi untuk sowan.
Ditanya Imam Syibli: " Siapa kalian ?"
"Aku adalah para pecintamu,” jawab mereka dengan kompak.
Tiba-tiba dengan mengejutkan Imam Syibli melemparinya dengan batu kerikil yang banyak. Dan para jamaah pun berlari.
"Mengapa engkau malah berlari dariku wahai jama'ah, jika kalian para pecintaku kalian tak akan lari dari cobaanku" teriak As Syibli.
Begitulah sifat para pecinta, mereka tak akan mengenal kedinginan atau pun rasa sakit sebab orang yang dicintainya selalu bersamanya.
Salam Takdzim.(adi)
Advertisement