Mencicipi Gurihnya Ketan Jando di Pasar Apung Muaro Jambi
Komunitas Pasar Dusun Karet (Paduka) di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, memanfaatkan banjir akibat luapan sungai Batanghari menjadi Pasar Apung, menggunakan perahu kecil menyerupai kano.
Pasar Apung di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi ini sekaligus menjadi salah satu destinasi wisata bagi wisatawan domestik. Di sini pengunjung dapat mencicipi berbagai macam makanan tradisional Muaro Jambi seperti 'ketan jando' dan 'susu gadis'.
Ada 63 perahu yang beroperasi di Pasar Apung, 10 perahu di antaranya untuk berjualan, sisanya untuk jasa angkutan bagi wisatawan yang ingin bersampan sambil menikmati ketan jando serta susu gadis. Uang sewa perahu untuk dua orang tarifnya Rp20 ribu sampai Rp 25 ribu.
Salah seorang pedagang di Pasar Apung yang biasa disapa Risma, mengatakan dua jenis makanan legendaris Jambi ini menggunakan bahan dasar yang sama yaitu ketan. Hanya mengolahnya yang berbeda. Kalau ketan janda terdiri dari beras ketan, kelapa dimakan sama sambal teri.
Sedang susu gadis berbahan tepung ketan dikasih inti kelapa dan gula merah dibungkus dengan daun pisang berbentuk kerucut lalu dikukus.
"Seiring perkembangan zaman nama susu gadis yang telah dipergunakan puluhan tahun sekarang diganti menjadi 'lapek bugis'", kata Risma.
Tetapi untuk menarik pembeli, pedagang di pasar apung tetap menyebutnya susu gadis, selain mudah, nama itu sudah melekat di masyarakat.
Lulusan Politeknik Kesehatan (Poltekes) Kota Baru Jambi, berjualan di pasar apung bersama ibunya dalam satu perahu milik sendiri. Ibunya yang melayani makanan, sedang Risma bagian minuman kopi, wedang jahe, teh manis dan air mineral. "Sambil mencari pekerjaan yang cocok, saya ikut ibu jualan dulu," katanya.
Penghasilan yang ia peroleh tergolong lumayan, sehari tak kurang dari Rp200 ribu. Kalau hari minggu cuan yang dikantongi jumlahnya besar.
Perempuan berusia 23 tahun ini mengakui nama makanan tradisional ini terbilang cukup unik karena dalam bahasa Melayu Jambi, jando berarti 'janda', atau sebutan untuk seorang perempuan yang ditinggal suaminya.
Ketan jando, tidak banyak ragam jenisnya, menggambarkan kehidupan seorang janda yang selalu bersahaja, sederhana. Disajikan dengan cocolan sambal teri di atas selembar daun pisang.
"Rasanya juga sederhana, tapi tetap enak dan mengenyangkan," ujar Risma saat berbincang dengan ngopibareng.id. Ketan jando memiliki rasa yang sederhana dengan cocolan sambal ikan teri.
"Sajian makanan ketan jando memang rasanya gurih, tapi tetap enak dan bikin kenyang," katanya. Harganya pun murah meriah, Rp 5.000 per porsi.
Sementara itu, komposisi untuk pembuatan ketan jando ini cukup mudah, antara lain beras ketan. Kemudian cabai, tomat, garam, teri dan minyak sayur untuk sambalnya.
Sedangkan, untuk memasak ketan jando ini, yang pertama beras ketan dicuci terlebih dahulu, dan kemudian dimasukkan ke dalam panci penanak. Untuk mendapatkan hasil rasa yang enak dianjurkan menanak menggunakan tungku api.
Kemudian untuk pembuatan sambal teri sebagai cocolan ketan jando ini juga cukup mudah, atau sama seperti membuat sambal pada umumnya.
Makanan ketan jando ini biasanya disajikan ketika ada proses baselang kayu bakar, atau kegiatan gotong royong mencari kayu bakar oleh masyarakat di kampung. Gotong royong mencari kayu bakar ini adalah awal dari rangkaian menyongsong pesta pernikahan.
Masyarakat di Desa Muara Jambi memang sudah dikenal dengan sifat gotong-royongnya, termasuk gotong royong membantu mencari kayu bakar yang akan digunakan memasak untuk pesta pernikahan. Saat gotong royong itulah, tuan rumah yang punya hajat akan menyediakan makanan ketan jando yang sederhana itu.
Biasanya makanan ketan jando ini, disajikan dengan paduan minuman air dari rebusan pohon spang. Ketan jando dan air spang, keduanya menjadi pemersatu masyarakat di Desa Muara Jambi saat ada kegiatan gotong-royong.
Namun, seiring berjalannya waktu dan untuk tetap melestarikan kuliner khas ini, ketan jando juga menjadi andalan untuk disajikan kepada wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Muara Jambi. Keberadaan desa wisata tersebut, kian populer karena berbatasan dengan KCBN Muaro Jambi, yang merupakan kompleks percandian terluas di Asia Tenggara.
Jadi untuk bisa menikmati ketan jando dan menjelajah keunikan budaya dan sejarah percandian Muara Jambi, wisatawan bisa berkunjung ke Desa Wisata Muara Jambi. Desa ini bisa tempuh perjalanan darat sekitar 40 menit dari Bandara Sultan Thaha Jambi.
Sekarang untuk menikmati ketan jando dan susu gadis tidak perlu menunggu acara gotong-royong. Ketan jando juga disajikan kepada wisatawan di pasar apung maupun yang menginap di home stay Desa Muara Jambi.
Menggeliatnya perekonomian rakyat ini sesuai dengan harapan pemerintah bahwa revitalisasi KCBN Candi Muaro Jambi yang terbesar di Asia Tenggara yang dilakukan Kemendikbud Ristek berdampak pada perekonomian rakyat.
Advertisement