Mencicip Nikmatnya Kopi Tanpa Gula dari Perlima
Oleh: Windy Effendy
Komunitas Perempuan Penulis Padma (Perlima) baru saja meluncurkan buku yang keempat pada Sabtu, 27 Mei 2023, di Wisma Jerman, Surabaya. Buku keempat Perlima ini bertajuk Kopi Tanpa Gula, yang berisi kumpulan pentigraf atau cerpen tiga paragraf karya 35 penulis yang telah mengikuti pelatihan penulisan pentigraf sebelumnya.
Kopi Tanpa Gula ini menampilkan 71 kisah menarik yang ditulis dalam cerita sebanyak 210 kata saja, tanpa mengurangi makna yang tersirat di dalamnya. Karya-karya penulis ini begitu memikat, memiliki dan membawa pesan masing-masing yang disampaikan dengan sangat menarik.
Tajuk yang diambil dengan kesepakatan para penulis, Kopi Tanpa Gula, kebetulan merupakan salah satu judul pentigraf yang ditulis oleh Ketua Perlima, RWilis. “Menulis cerita pendek dalam tiga paragraf. Ini seperti mantra baru yang membuat penasaran,” ujar RWilis dalam pengantar yang dituliskannya di dalam buku.
Pentigraf adalah tantangan baru bagi Perlima. Rangkaian utuh sebuah cerita yang secara struktur terdiri dari pembukaan, isi, dan penutup tersebut tidak boleh diuraikan lebih panjang dari tiga paragraf. Namun, seluruh unsur cerita pendek tetap harus hadir di sana. Termasuk dialog, konflik, dan penyelesaian masalah.
Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd., menyebut Kopi Tanpa Gula yang merupakan karya pentigraf pertama Perlima itu istimewa. “Bukan seperti produk pemula,” ujar penemu pentigraf itu. Pak Tengsoe sendiri merupakan pengajar dari dua pelatihan menulis pentigraf yang diadakan Perlima, sehingga menghasilkan buku kumpulan pentigraf Kopi Tanpa Gula. Hari itu, Pak Tengsoe pun hadir sebagai narasumber mini seminar dalam rangkaian acara peluncuran.
Perlima juga bekerja sama dengan Smartfren, yang kemudian mengadakan lomba baca naskah pentigraf di pagi harinya sebelum acara tersebut dilaksanakan. Diikuti oleh siswa SMP dan SMA, yang berhasil dijuarai oleh Sakya Anindia (SMP 55 Sby), dan Dea Farah Ananda (SMA Kartika Wijaya) sebagai juara II dan Agnesia Putri Alviana Irawan (SMAN 3 Sby) sebagai juara III. Penyerahan hadiah kepada para pemenang dilakukan di acara peluncuran Kopi Tanpa Gula sore itu.
Yang istimewa, hari itu bertepatan dengan Hari Jamu Nasional. Sebagai bentuk pelestarian warisan budaya secara modern, Perlima yang bekerja sama dengan PT. Jamu Iboe mengadakan acara minum jamu bersama. Seluruh hadirin yang ada menyambut dengan antusias.
Wisma Jerman menjadi saksi, betapa merayakan budaya selalu mendatangkan sukacita. “Kami selalu menyambut baik dan mendukung segala kegiatan yang berkaitan dengan literasi. Apalagi, Wisma Jerman pun punya divisi budaya,” ungkap Mike Neuber, direktur Wisma Jerman.
Peluncuran Kopi Tanpa Gula juga didukung oleh Ruts Collection yang menghadirkan busana batik dengan gaya modern yang sangat menarik. Juga ada banyak doorprize dari The Java yang memproduksi kaos kualitas terbaik dengan desain eksklusif.
Menariknya lagi, beberapa pentigrafis atau penulis pentigraf yang berasal dari luar kota pun hadir untuk menyemarakkan acara ini. Seperti Brams Sunarno dari Brebes, yang hadir menjadi salah satu pengisi gelar wicara di dalam peluncuran tersebut. Ada juga Endang P. Uban, yang hadir dari Jakarta, meramaikan acara dengan memberikan sajian teatrikal menarik berdasar satu tulisannya yang berjudul “Tak Sabar.”
Wina Bojonegoro, sebagai pendiri Perlima, juga membacakan satu pentigrafnya yang berjudul “Bunga yang Berduka.” Wiwit Arianti, pentigrafis dari Sidoarjo pun ikut membaca karyanya, “Malam Jumat”. Beberapa pentigrafis yang tak bisa hadir, turut memeriahkan acara tersebut dengan mengirimkan video pembacaan karya milik rekan pentigrafis lainnya.
Makanan dan minuman berlimpah ruah dalam acara peluncuran buku keempat ini. Termasuk sajian kopi yang laris diminati para pengunjung di Wisma Jerman.
Yang membuat spesial, sketsa dalam buku ini dibuat oleh Yoes Wibowo, pelukis dari Sidoarjo, yang juga dipamerkan di Wisma Jerman pada 27-31 Mei 2023. Acara peluncuran Kopi Tanpa Gula ini, sekaligus menjadi pembukaan pameran sketsa karya Yoes Wibowo yang ada dalam buku, termasuk gambar sampul bukunya.
Banyak pengunjung yang terkagum-kagum atas interpretasi Yoes Wibowo terhadap pentigraf yang ada dalam buku itu. Bukan sekedar ilustrasi karena Yoes Wibowo memberikan penafsiran yang menarik dan dirupakan dalam bentuk sketsa. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa karya tulisan dan seni bisa menjadi sebuah kolaborasi yang menarik.
Tak terasa acara yang berlangsung selama empat jam itu pun berakhir. Nikmatnya Kopi Tanpa Gula pun dibagikan dengan indah kepada para pengunjung dan penikmat budaya, sore itu. [WE]