Mencerahkan Semesta Memang Sulit, Biarlah Muhammadiyah Memulai
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan, suatu organisasi Islam memang berat dalam mengemban misi mencerahkan. Namun, hal itu tetap dilakukan Muhammadiyah.
"Biarlah Muhammadiyah yang memulainya. Ini pekerjaan berat," tuturnya, dikutip ngopibareng.id, Rabu 29 Januari 2020.
Haedar Nashir mengungkapkan hal itu, saat melantik Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Malaysia periode 2019-2021 di Kleb Dewan Sultan Sulaiman, Kuala Lumpur, belum lama ini.
Ketua PCIM Malaysia terpilih, Sony Zulhuda dalam sambutannya menyampaikan, eksistensi PCIM dan PCIA Malaysia sebagai elemen penting dalam komunitas masyarakat di Malaysia dan juga sebagai salah satu lumbung sumber daya manusia (SDM) bagi persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah secara umumnya.
“Huruf ‘I’ yang ada di dalam PCIM, kita kenal mewakili kata-kata istimewa. Istimewa ini karena banyak hal kita diberi begitu banyak amanat. Tapi amanat yang besar kami coba emban sebagai perpanjangan tangan dari persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di negeri Jiran,” ujarnya.
Huruf ‘I’ juga berarti internasional, karena PCIM merupakan representasi Muhammadiyah yang sejak zaman KH Ahmad Dahlan juga telah mencanangkan bahwa Islam sebagai rahmatan lil alamin, maka Muhammadiyah perlu mewujudkan agenda itu.
Sony bercerita, sejak tahun 2015 dicanangkannya agenda internasionalisasi Muhammadiyah, banyak orang yang menanyakan, apakah tidak keberatan tema internasionalisasi Muhammadiyah? Kemudian Ia menjawab, bahwa memang mencerahkan semesta itu berat, biarkan Muhammadiyah yang memulainya.
“Hari ini adalah proses pembuktian bahwa internasionalisasi Muhammadiyah bukan hanya slogan semata, atau lebel yang diberikan harga berapapun termasuk harga mati. Kita tidak menggunakan jargon ini hanya untuk bumbu-bumbu media, tetapi kita ingin buktikan bahwa internasionalisasi Muhammadiyah itu sedang berjalan dengan baik,” tegasnya.
Sony juga menyampaikan, bahwa warga Muhammadiyah PCIM yang ada di Malaysia adalah bagian dari masyarakat global dimana sehari-hari berinteraksi bersama warga dan masyarakat selain Indonesia.
“Maka ini menjadi sebuah pengalaman bagi warga kita (Muhammadiyah) untuk menjadi seorang individu dan warga internasional, warga global dan warga sejagat. Inilah yang kita coba ketengahkan kepada persyarikatan Muhammadiyah,” jelasnya.
PCIM Malaysia juga menjadi lumbung aset sosial bagi persyarikatan kita mencoba menjadi penyambung lidah dan kepanjangan tangan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah atas segala apa yang baik dalam konteks regional maupun internasional.
“Maka, sebuah agenda besar yang bernama internasionalisasi Muhammadiyah harus didukung dengan infrastruktur yang terencana dan terukur, dengan adanya itu maka kita dapat mewujudkan Muhammadiyah yang berkemajuan,” jelasnya.
Berkemajuan artinya kita bergerak maju, dari satu titik kepada titik lain yang lebih depan, yang lebih baik, dan yang lebih besar.
Kedepan, Sony berujar bahwa tantangan internasionalisasi Muhammadiyah akan lebih besar karena pimpinan menggariskan sebuah agenda yang lebih besar yaitu sebuah agenda besar dan harapan cita-cita bersama yaitu menjadikan Universitas Muhammadiyah Malaysia.
“Jadi ini sebuah amanat besar yang harus didukung oleh para rektor perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang pada forum ini hadir,” jelasnya.
Terakhir, Sony berharap ke depan PCIM Malaysia dapat menjadi laboratorium agenda internasionalisasi persyarikayan Muhammadiyah.
“Agenda besar yang memiliki banyak proses maka kita perlu memulai dari hal yang paling mendasar yaitu sebuah laboratorium hidup. Laboratorium dimana kita melakukan penjajakan, penelitian, pendataan sampai kepada mendesign dan mengetes produk.
"Jadikanlah PCIM Malaysia ini sebagai pusat inkubasi bagi agenda internasionalisasi Muhammadiyah, Inshaa’Allah ribuan kader PCIM Malaysia dengan solidaritas organisasi kami upayakan sebaik mungkin untuk menjalankan amanah dakwah Muhammadiyah,” tuturnya.
Advertisement