Menara Air Lamongan Usia Satu Abad: Kokoh Menatap Perubahan Zaman
Tidak seperti kebanyakan daerah lain. Kabupaten Lamongan tidak banyak memiliki bangunan atau benda bersejarah peninggalan Belanda. Bisa dihitung dengan jari, tidak lebih dari lima.
Salah satunya, menara air atau water toren yang ada di pusat kota, tepatnya di sudut Alun Alun tepi selatan. Persisnya, depan pintu gerbang masuk Kantor Pemkab Lamongan, Lingkungan Kauman, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Lamongan.
Masyarakat Lamongan lebih mengenalnya dengan sebutan toren. Hingga kini, wujud bangunan masih berdiri kokoh. Bangunan menara air in terbagi tiga bagian. Yakni, bagian kaki berbentuk lingkaran, badan berbentuk oktagonal atau segi delapan dan diteruskan sebagai kepala bangunan tetapi lebih melebar. Tertera di bagian badan sisi selatan, angka 1924.
"Toren itu dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda. Angka itu menunjukkan tahun pembuatan, " kata Budayawan dan Pemerhati Sejarah di Lamongan, Hidayat Ikhsan, Senin 1 Januari 2024.
Menulis angka tahun itu, lanjut Hidayat Ikhsan, merupakan kebiasaan bahkan kewajiban bagi Belanda setelah selesai mendirikan sebuah bangunan. Apalagi bangunan tersebut dinilai monumental.
Barangkali, Belanda sadar bahwa apa yang diperbuatnya bukan di negaranya sendiri dan suatu saat akan ditinggalkannya. Sehingga, agar bisa dikenang sebagai catatan sejarah sepanjang masa, maka catatan tahun itu harus ditulis.
"Tradisi itu diwarisi bangsa kita. Kalau sekarang prasasti yang biasanya ditandatangani pejabat atau pemimpin daerah di masanya. Dan memang bisa menjadi catatan sejarah dan kenangan. Tradisi seperti ini juga sudah dikenal sejak zaman kerajaan," terangnya.
Dengan tertulisnya angka 1924, berarti water toren itu sudah berumur se abad atau 100 tahun. Dan, pada malam pergantian tahun baru 2024, toren itu mendadak viral. Masyarakat yang lalu-lalang usai detik-detik pergantian tahun memanfaatkannya dengan berfoto bersama atau swafoto persis di bawah angka 1924.
"Satu abad broo.. mbahe awak dewe Iki (kakek kita ini)," gurau beberapa remaja di dini hari itu
Mereka terlihat begitu senang dan bangga Meskipun mereka belum tentu tentu tahu sejarah atau cerita apa sebenarnya tentang bangunan toren tersebut.
"Kita tahu setelah belum lam ini ada hiasan lampu dan tulisan water toren. Berarti ini menara air, " ujar Vita, asal warga Kalikapas, Kelurahan Sidoharjo, yang terbilang masih ikut Kecamatan Lamongan kota ini.
Penelusuran informasi ngopibareng.id menyebutkan, water toren ini merupakan bangunan yang didesain khusus untuk menampung air yang bersumber dari wilayah kecamatan Mantup, yang dikenal banyak memiliki sumber air.
Air dari kawasan selatan berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat pemerintahan itu dialirkan dengan pipa, kemudian ditampung untuk kebutuhan air para petinggi pemerintahan dan sebagian didistribusikan kepada masyarakat.
Seiring kemajuan jaman, water toren itu tidak difungsikan. Alasannya, karena usia bangunan sehingga dikhawatirkan ambrol dan dinilai terlalu kecil. Sedang jumlah penduduk terlalu banyak. Namun demikian bangunan tetap dipertahankan, bahkan menjadi salah satu landmark Lamongan.
Bahkan, kini dipercantik. Dipasang lampu dengan sorot cahaya warna biru. Serta tulisan besar berupa neon box untuk menegaskan nama bangunan itu dan membuatnya lebih menarik.
"Kalaupun kita lakukan rehabilitasi, sama sekali tidak menyentuh atau mengubah bentuk bangunan. Kita hanya mempercantik dan memberi nilai tambah dari keberadaan monumen water toren itu saja," kata Kepala
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya Lamongan, Edy Yunan Achmadi.