Menanti Cawapres
Oleh Hasanuddin Ali
Perburuan partai-partai dalam menentukan pasangan calon presiden dan wakil presiden semakin intens, berbagai pertemuan yang bersifat formal hingga ngobrol warung kopi terus dilakukan para petinggi partai untuk memperbincangkan siapa yang akan dicalonkan dalam pemilu presiden 2024.
Sesuai dengan syarat presidential threshold baru PDI Perjuangan yang bisa mencalonkan presiden, sementara partai-partai lain masih harus saling berkoalisi untuk bisa mencalonkan Presiden.
Dari komposisi suara partai yang ada sekarang dan juga dinamika politik mutkahir kita sebenarnya bisa memperkirakan berapa pasangan capres dan cawapres yang akan maju dalam pilpres 2024, yakni maksimal tiga pasang capres dan cawapres.
Hasil survei yang dilakukan oleh Alvara Research Center sepanjang tahun 2022 dan juga lembaga-lembaga survei yang lain secara konsisten menunjukkan ada 3 kandidat yang selalu menduduki papan atas elektabilas capres, mereka adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, dipapan tengah ada Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Sandiaga Uno.
Meski tidak ada kata tidak mungkin untuk politik, untuk capres nampaknya akan sulit ada nama lain selain tiga capres papan atas tadi. Yang sedang dinanti oleh publik justru siapa yang akan masuk menjadi kandidat cawapres.
Menentukan cawapres tidak mudah, setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi kandidat cawapres, pertama, vote getter, seorang cawapres harus mampu menambah suara yang tidak mungkin dijangkau oleh kandidat capres, karena itu lumbung suara cawapres sebisa mungkin berbeda dengan basis massa capres.
Kedua, financial support, tidak bisa dipungkiri biaya politik di Indonesia sangat tinggi, apalagi kita bicara pemilu dalam skala nasional, karena itu dukungan logistik dari kandidat cawapres untuk kampanye politik menjadi sangat penting. Ketiga, network power, seorang kandidat cawapres harus memiliki jejaring yang kuat, baik jejaring dengan elit politik dan juga jejaring simpul masyarakat yang berpengaruh.
Berbeda dengan proses pemilihan kandidat capres sangat ditentukan oleh elektabilitas kandidat, proses penentuan cawapres dalam beberapa sejarah pemilu mutakhir di Indonesia justru sangat tidak tergantung pada elektabilitas cawapres yang dihasilkan dari survei politik.
Kombinasi dari tiga faktor di atas justru lebih berpengaruh terhadap proses penentuan cawapres. Proses penentuan Jusuf Kalla, Boediono, KH Ma’ruf Amin menjadi cawapres dalam pemilu terakhir menguatkan thesis tersebut. Karena itu bisa saja nanti muncul nama-nama baru di luar dugaan publik yang akan menjadi kandidat cawapres di pemilu 2024.
Pasangan capres dan cawapres memang harus memiliki chemistry yang sama dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Namun demikian untuk memenangkan kontestasi politik, pasangan capres dan cawapres harus memiliki kombinasi yang tepat antara kandidat capres dan cawapresnya, karena itu kita mengenal soal pasangan Jawa – Luar Jawa, Sipil – Militer, Birokrat – Pengusaha, dan berbagai kombinasi lainnya.
Kombinasi pasangan capres-cawapres dalam kontestasi politik 2024 akan sangat ditentukan oleh dua faktor. Pertama, siapa yang akan diusung PDI Perjuangan menjadi Capres, kita semua paham ada dua arus besar di PDI Perjuangan terkait capres, yakni arus Puan dan arus Ganjar, kedua arus ini sekarang berupaya keras untuk mendapatkan restu dari Ketua Umum PDI Perjuangan.
Kedua, Efek Jokowi, dalam berbagai kesempatan di publik Joko Widodo secara tersirat dan simbolik sering menampakkan gestur yang berpihak kepada Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, sehingga publik berspekulasi “restu” Jokowi jatuh kepada dua kandidat ini. Yang perlu dicatat dalam politik kadang ada beda tampak muka dan belakang meja.
Sejatinya proses pencarian kandidat capres dan cawapres ini masih akan berlangsung sangat Panjang, situasi masih sangat cair dan segala kemungkinan masih bisa terjadi, dan dinamika politik masih akan terjadi di waktu mendatang.
Situasi ini akan terjadi hingga di injury time proses pendaftaran capres-cawapres. Jadi jangan heran jika pasangan capres-cawapres yang akan bertarung nanti bisa saja berbeda dengan yang sekarang banyak diwacanakan berbagai pihak.
*) Tulisan ini dimuat Ngopibareng.id atas izin penulisnya.