Menangkap Harimau Berjenggot
RAME-RAME surat edaran larangan berjenggot di Badan Intelijen Negara, Abu Nawas ternyata pernah mendapat misi menangkap harimau berjenggot. Lho? Betul. Ia harus bisa menyelesaikan tugas Raja Harun Al Rasyid sebelum delapan hari lamanya.
Pada suatu hari, Raja Harun terlihat gusar seakan menyimpan amarah. Selang beberapa saat, pengawal raja disuruh untuk membawa Abu Nawas ke hadapannya. Abu Nawas dengan senang hati menerima undangan yang mulia raja.
Setelah sampai di hadapan raja, Tuanku Raja Harun memberi perintah dengan lantang. "Aku ingin sekali melihat harimau berjenggot, dan engkau aku tugaskan untuk menghadirkan harimau berjenggot ke depanku," titah raja dengan tegas.
"Baiklah yang mulia, saya akan melaksanakan tugas ini," jawab Abu Nawas.
Sudah wajar, Abu Nawas kali ini serius kalau tidak ingin dipenjara. Dia mengetahui bahwa Raja Harun tidaklah main-main. Abu Nawas bisa menangkap keinginan raja yang tidak masuk akal ini, apalagi waktu yang diberikan kepadanya hanya delapan hari saja. Oleh karena itu, Abu Nawas memeras otaknya agar titah raja bisa terlaksana dengan lancar.
Sesampainya di rumah, Abu Nawas memerintahkan tukang kayu untuk membuat kandang harimau yang kuat. Pengerjaannya berlangsung selam tiga hari dan akhirnya selesailah kandang harimaunya, yang belum ada cuma harimau berjenggotnya untuk mengisi kandang tersebut. Ia berpesan kepada istrinya jika ada tamu berjenggot yang datang, maka harus duduk di kandang tersebut.
Pada siang itu, Abu Nawas melaksanakan shalat Zuhur di musala dekat kampunya. Selesai shalat berjamaah, Abu Nawas tak segera beranjak dari tempat duduknya. Akhirnya dia didatangi oleh sang imam.
"Tumben sekali, Anda shalat berjamaah di sini," kata sang imam.
Abu Nawas tak langsung menjawab, tapi dia menunjukkan raut wajah sedih. Ditanya oleh sang imam kenapa bersedih tapi Abu Nawas enggan menjawab, dan barulah setelah dipaksa mengatakannya, ia mengatakan kejadian yang sebenarnya kepada sang imam. Sang imam tampak penasaran sekali dan tak sabar ingin mendengar ceritanya.
"Semalam saya cek cok dengan istri dan akupun bertengkar hebat, karena itulah aku ingin meninggalkan rumah dan shalat di musala ini," ujar Abu Nawas.
Lalu sang imam meminta izin Abu Nawas agar diperbolehkan mendatangi istri Abu Nawas untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut, dan Abunawas mengizinkan sang imam. Sang imam dengan cekatan menemui istri Abunawas.
"Wahai adinda, buat apa memiliki suami yang jahat dan miskin, apalagi kehidupan Abu Nawas tidak karuan, jadilah istriku, kamu pasti akan lebih bahagia dan tidak kekurangan apapun, "ujar pria yang sudah lama menginginkan istri Abu Nawas ini.
"Baiklah, jika memang itu kehendak Anda," ujar istri Abu Nawas.
Namun tak lama kenudia terdengar suara pintu diketuk oleh orang, dan saat itulah sang imam terkejut dan bingung harus bersembunyi diman. Namun istri Abu Nawas menyarankan untuk bersembunyi di kamar Abu Nawas yang ada kandang harimaunya. Masuklah sang imam ke kandang macan itu lalu ditutupi kain oleh istri Abu Nawas.
Saat Abu Nawas bertanya kepada istri apa yang ada di kandang harimau, dijawabnya tidak ada apa-apa. Setelah waktunya tiba, Abu Nawas membawa kandang harimau beserta imam ke istana dan para penduduk banyak yang menyaksikan karena penasaran seperti apakah wajah harimau berjenggot itu.
Betapa malunya sang imam dengan kejadian seperti itu, dia tetap menyembunyikan wajahnya hingga ke hadapan raja. Sang imam semakin malu ketika baginda raja mencoba menatap wajah sang imam dan buang muka ke arah yang berlawanan.
"Apa-apaan engkau ini Abu Nawas? Kenapa sang imam bisa ada di kandang ini?" ujar baginda raja.
"Betul Baginda, tahukah Baginda kenapa dia bisa berada di kandang ini?" tanya Abu Nawas.
Lalu Abu Nawas menceritakan kronologis kejadiannya. Betapa sang imam semakin menundukkan kepalanya dan Baginda terlihat murka karena sebagai imam seharusnya dia mampu memberikan contoh dan teladan kepada warga, sebaliknya kok malah mengganggu istri orang yang merupakan perilaku tidak terpuji.
Setelah itu sang imam dicopot dari jabatannya dan Abu Nawas malah diberi hadiah oleh Raja Harun berupa uang emas.
Advertisement