Menang Pilwali Surabaya, Anas Karno: Bukti PDIP Tak Bisa Dipecah
Kemenangan pasangan calon Eri Cahyadi dan Armuji di Pilkada Kota Surabaya oleh sejumlah pengamat disebut sebagai bukti kuatnya mesin PDI Perjuangan di Kota Pahlawan, meski di sejumlah kecamatan yang menjadi basis PDIP terjadi upaya pemecahbelahan dengan hadirnya entitas ”Banteng Ketaton” yang acaranya kerap dihadiri Machfud Arifin dan Mujiaman.
Di sejumlah kecamatan yang dikenal sebagai basis partai berlambang banteng tersebut, Eri Cahyadi menuai kemenangann mutlak. Di Kecamatan Sawahan, berdasarkann rapat pleno Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Eri-Armuji meraup 43.637 suara (59,85 persen), jauh meninggalkan kompetitornya, Machfud Arifin dan Mujiaman, yang meraih 29.277 (40,15 persen).
Demikian pula di kecamatan lain yang selama ini menjadi kekuatan PDIP, seperti Tambaksari yang memenangkan Eri-Armuji dengan telak. Di kawasan ini, Eri-Armuji memperoleh 49.280 suara (62,88 persen), melampaui Machfud-Mujiaman 29.093 suara (37,12 persen). Pemilih Eri-Armuji di Sawahan dan Tambaksari juga termasuk paling banyak.
Kepala Badan Pemenangan (BP) Pemilu DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Anas Karno, mengatakan, hasil Pilkada Surabaya menunjukkan bahwa Kota Pahlawan adalah basis kader banteng sejati, yang selalu tegak lurus dengan apa yang menjadi perintah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
”Di kecamatan-kecamatan di mana PDI Perjuangan coba dipecahbelah oleh lawan, justru meraih kemenangan signifikan. Mereka yang memecahbelah lupa, bahwa PDIP besar bukan hanya karena partai ini telah melekat di hati rakyat, tapi juga karena gerak partai ini dalam kebijakan di Surabaya yang selalu menghadirkan program-program yang membantu masyarakat,” ujar Anas Karno, Minggu 13 Desember 2020.
Dia menambahkan, selama hampir 20 tahun, kepemimpinan PDIP telah hadir di Surabaya sejak era Walikota Bambang DH hingga Tri Rismaharini, dan kini akan berlanjut dengan kepemimpinan Eri Cahyadi dan Armuji.
”Meski berbeda orang, garis kebijakannya sama, yaitu pro rakyat. Kita bisa melihat sejak era Pak Bambang, pendidikan digratiskan. Lalu dilanjutkan oleh Bu Risma, juga dengan berbagai terobosan untuk memanusiakan wong cilik seperti dengan pemberian makanan gratis tiap hari dan beasiswa. Ke depan, wajah kemanusiaan juga akan menghiasi setiap kebijakan Eri-Armuji,” ujarnya.
”Garis kebijakan itulah yang menjelaskan mengapa PDIP tak bisa dipecah belah, karena rakyat melihatnnya ke partai, bukan ke orang per orang yang larut dalam politik pecah-belah pihak lawan,” tegas Anas.
Advertisement