Menakjubkan! Keutamaan Sedekah bagi Orang yang Telah Meninggal
AIkisah, dalam Kitab An-Nawadir, Shalih al-Mursi berkata:
Pada suatu malam Jumat, aku keluar hendak melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid. Aku melewati pekuburan. Bisikan hatiku mengatakan untuk berhenti sejenak melaksanakan shalat sampai muncul fajar. Maka, aku melaksanakan shalat Fajar, dan rasa kantuk pun tiba. Dalam keadaan setengah sadar, aku melihat ahli kubur seolah-olah keluar dari kubur dengan pakaian serba putih. Mereka duduk secara berkelompok sambil berbincang-bincang.
Akan tetapi, salah seorang pemuda di antara mereka memakai pakaian kotor dan duduk sendirian dengan muka sedih. Mereka tetap di tempat masing-masing hingga datang piring yang ditutup dengan sapu tangan. Masing-masing mengambil satu piring dan membawanya masuk ke kubur. Hanya seorang pemuda itu yang tidak mendapatkan apa-apa. Ia berdiri melangkahkan kaki menuju kuburnya dengan keadaan sedih. Melihat keadaan ini, aku terdorong untuk bertanya:
“Wahai hamba Allah Swt., aku melihat engkau dalam keadaan sedih. Apa penyebabnya?”
“Wahai hamba shalih, apakah engkau melihat piring-piring itu?” balasnya.
“Ya, apa itu?” tanyaku.
“Itu adalah piring-piring orang yang masih hidup untuk mereka yang sudah meninggal. Ketika mereka bersedekah dan berdoa kepada para mayat, maka piring-piring itu datang kepada mereka setiap hari Jumat sebagaimana engkau melihatnya. Aku hanyalah seorang laki-laki asing dari penduduk India yang hendak pergi ke Basrah untuk menemui ibuku. Aku hendak melaksanakan ibadah haji. Aku meninggal di sini. Sementara, ibuku menikah lagi dan tampaknya ia sibuk bersama suaminya. Sehingga, ia tidak ingat kepadaku tentang sedekah dan doa, seolah-olah ia tidak mempunyai anak. Dunia telah melalaikannya. Maka, wajar bila aku sedih. Sebab, tidak ada seorang pun yang masih hidup yang mengingat aku," jelas pemuda itu.
“Di mana tempat tinggal ibumu?” tanyaku.
Ia memberi tahu aku tempat tinggal ibunya. Keesokan harinya, setelah melaksanakan shalat Subuh, aku pergi dari kuburan itu menuju rumah ibunya yang ditunjukkan oleh pemuda tersebut. Setelah sekian waktu perjalanan, aku merasa bahwa rumah yang ada di depanku itu adalah rumah ibu si pemuda. Aku mengetuk pintu rumah tersebut. Dari dalam rumah, seorang wanita berkata:
“Siapa yang mengetuk pintu?”
“Shalih al-Mursi,” jawabku.
Ia memberiku izin masuk ke rumah. Kemudian, aku berkata kepadanya:
“Aku ingin tidak ada seorang pun mendengarkan kata-kata yang aku sampaikan kepadamu ini.”
Akupun mendekat kepadanya dengan satir sebagai penghalang. Aku melanjutkan ucapanku:
“Semoga Allah Swt. memberikan rahmat kepadamu. Apakah engkau mempunyai seorang anak?”
“Tidak,” jawab perempuan itu.
“Apakah engkau mempunyai anak yang sudah meninggal?”
“Benar, aku mempunyai seorang anak laki-laki yang telah meninggal. Ia masih muda,” jawab perempuan itu agak sedih.
Setelah itu, aku menceritakan kisah anaknya yang bertemu aku di suatu kuburan. Ia menangis tersedu-sedu, air mata berlinangan di pipinya, lalu ia berkata:
“Dia itu darah dagingku. Aku mengandungnya dengan perutku sendiri. Aku memberinya minum dari susuku sendiri. Aku memangkunya dengan pangkuanku sendiri.”
Kemudian, ia memberikan sedekah seribu dirham sambil berkata:
“Sedekahkanlah ini untuk anakku tercinta dan buah hatiku.
Demi Allah, aku tidak akan melupakannya sesudah ini, dengan sedekah dan doa selama sisa umurku.”
Garam dan Besi
Shalih berkata:
Setelah itu, aku pergi dan menyedekahkan harta tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan. Kemudian, pada malam Jum'at yang lain, aku hendak melaksanakan shalat Fajar di masjid, Aku melewati kuburan tempat pemuda itu dimakamkan. Lalu, aku menunaikan shalat dua rakaat di tempat semula. Aku tertidur
dan bermimpi bertemu dengan penghuni kubur, seperti mimpiku yang sebelumnya. Di antara orang-orang itu, aku melihat seorang pemuda yang memakai pakaian putih dan bersih. Ia berwajah Senang dan bahagia. Ia mendekatiku dan berkata:
“Wahai Shalih, semoga Allah Swt. membalas kebaikanmu. Telah sampai kepadaku hadiah-hadiah.”
“Apakah engkau mengetahui siang hari pada hari Jum'at?” tanyaku kepadanya.
“Ya, sesungguhnya burung-burung akan mengetahuinya dan berkata, “Selamat, selamat!" Hal ini diucapkan karena takut kiamat terjadi pada Jum'at tersebut.”
Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, apa sesuatu yang tidak boleh dicegah?”
Rasulullah menjawab, “Air, garam, dan api.”
“Wahai Rasulullah, itu sudah kami ketahui. Akan tetapi, bagaimana dengan garam dan air?"
“Barang siapa bersedekah dengan garam, maka seolah-olah bersedekah dengan segala sesuatu yang menjadi nikmat oleh garam. Dan, barang siapa memberikan api, maka seolah-olah bersedekah segala sesuatu yang dimatangkan oleh api tersebut, Barang siapa memberi seteguk air minum seorang muslim pada saat tidak
ditemukan air, maka seolah-olah ia memberikan kehidupan kepada Orang tersebut,” jelas Rasulullah. Rasulullah juga berkata: “Ada empat keberkahan yang diturunkan Allah Swt. dari langit ke bumi, yaitu air, garam, api, dan besi.”
Selesai..
Sedekah kepada orang yang sudah meninggal adalah sebagai bakti ahli warisnya kepada yang sudah meninggal semoga kita bisa kita lakukan. Amin.
Advertisement