Mempromosikan Desa Wisata Melalui Famtrip
Tim Percepatan Wisata Desa dan Kota dibentuk. Inilah bagian dari terobosan Kementerian Pariwisata dalam mengangkat potensi desa wisata di Indonesia.
Sejumlah kegiatan Familiarization Trip (Famtrip) untuk travel agent pun rutin digelar. Untuk media lokal maupun media asing.
Sebuah Famtrip misalnya, Kementerian Pariwisata akan membawa mereka mengunjungi sejumlah desa wisata di Indonesia.
Sebuah terobosan yang keren bukan? Kekinian dan digital banget.
Ketua Tim Percepatan Wisata Desa dan Kota, Vitria Ariani, menjelaskan, program famtrip ke desa wisata ini sebagai upaya mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke desa wisata di Indonesia.
Fokusnya adalah beberapa desa wisata yang sudah memiliki amenitas lengkap dan sudah siap menerima kunjungan wisman. Seperti:'desa sekitar Danau Toba, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Barat, Labuan bajo, great Jakarta dan lainnya.
Terobosan ini diungkap Vitria Ariani saat rapat sinkronisasi program famtrip di Gedung Sapta Pesona, Jakarta.
Menurut Vitria, sejumlah desa wisata di Indonesia memiliki daya tarik menjadi wisata utama. "Ini yang perlu dipromosikan agar masyarakat desa ikut menikmati hasil dari pariwisata."
Jangan sampai, kata dia, masyarakat desa hanya jadi penonton ketika pariwisata di kawasannya maju dan berkembang. Terlebih nanti saat kunjungan wisman mencapai 20 juta, desa-desa wisata inilah sebagai penopangnya.
Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana menjelaskan kegiatan ini salah satu upaya untuk menggenjot kunjungan wisman sebesar 17 juta di tahun 2018 dan 20 juta di 2019.
Pitana mengaku promosi melalui famtrip ini jauh lebih murah dibandingkan berpromosi langsung di negara tujuannya, low budget high impact. "Efektifnya mereka melihat langsung produknya dan merasakan pengalaman (experience), ini hal penting dalam pariwisata," ungkap Pitana.
Asisten Deputi Wisata Budaya, Oneng Setya Harini, menambahkan, pariwisata Indonesia bertumpu pada potensi budaya mendapat porsi paling besar yaitu 60 persen, potensi alam sebesar 35 persen, dan diikuti dengan potensi buatan manusia yang mendapat porsi sebesar 5 persen.
"Sedemikian besar daya tarik budaya tersebut basisnya ada di pedesaan, masyarakat desa yang masih memegang teguh adat istiadat. Potensi ini yang akan kita kembangkan jadi daya tarik wisatawan, dan desa wisata menjadi panggungnya," jelas Oneng.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun sangat antusias terkait hal ini, terlebih famtrip ini dalam upaya mengangkat perekonomian masyarakat desa. Hal ini tentunya sejalan dengan Nawa Cita presiden Jokowi dalam membangun Indonesia dari pinggiran dalam hal ini desa wisata.
"Sebagian besar daya tarik wisata di Indonesia terletak di pedesaan, membangun dan memasarkan desa wisata menjadi hal mutlak. Masyarakat desa merupakan gerbang utama menjaga kelestariannya, tentunya dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Saya yakin dengan semangat Indonesia Incorporated pariwisata Indonesia akan maju," pungkas Menpar Arief Yahya. (*)