Memperkusut Situasi pun Dicatat Sejarah
Kecuali China, dunia masih bingung bagaimana mengatasi pandemi Corona atau Covid-19. Angka kematian karena Virus Corona di Amerika Serikat tanggal 15 April 2020 mencapai 28.442 jiwa. Bandingkan dengan China hanya 3.342 jiwa dan Indonesia 469 jiwa.
Dokter Amerika Serikat berhasil sembuhkan pasien 48.513 jiwa, China 77.816 jiwa dan tim medis Indonesia sembuhkan 446 jiwa. Besar kecilnya angka penyembuhan tergantung besar kecilnya jumlah yang terpapar virus.
Para politisi, birokrat, profesional, tenaga medis bekerja keras di tengah krisis sehingga bergerak sesuai dengan manajemen krisis. Dalam keadaan darurat keputusan harus segera diambil untuk mencegah madharat yang lebih besar.
Seperti pernah saya tulis sebelumnya, persoalan pandemi Corona ini bukan hanya pada bagaimana mengatasi kasus korona. Tetapi juga bagaimana menjaga roda ekonomi jalan terus. Kadang-kadang ada putusan yang dianggap aneh. Maklum namanya juga krisis!
Timbul kritik dari berbagai kalangan politisi, mantan birokrat, para pakar dan profesional, kalangan agama, aktivis dengan nada mulai yang lunak sampai yang keras dan keras sekali. Semua ingin berpartisipasi mengatasi krisis.
Kadang-kadang kritik itu membuat telinga merah. Nurani rakyat yang akan menilai, ketulusan hati semua pihak yang terlibat dalam penanganan kasus ini, baik yang dikritik maupun yang mengritik. Masing-masing menahan diri, sabar agar tidak memperkusut situasi. Kata Gus Dur (almarhum) , "Gitu saja kok repot".
Pemerintah tanggung jawabnya besar sekali. Rakyat akan menilai kinerja pemerintah, khususnya mereka yang memegang peranan di depan karena jabatannya. Kalau kinerjanya baik dan Pandemi Covid-19 selesai dalam bulan Puasa mendatang, sejarah akan mencatat, sebaliknya juga kalau kurang memuaskan juga akan tercatat.
Saya juga ikut bingung, sampai minta di-test. Alhamdilllah, hasilnya negatif tidak kemasukan virus. Untuk mengisi kejemuan di rumah, saya sering mendengarkan siraman rohani Kiai Syakur Yasin, Gus Nadhif, Gus Baha dan beberapa ustadz lain.
Walaupun dilarang kumpul berjamaah, ulama harus tetap berperan di tengah umat, termasuk mencari cara atau kaifiyah shalat jamaah yang aman dari Corona dan diizinkan penguasa.
Dr. KH. As'ad Said Ali
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2010-2015, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).