Memperkuat Seni Rupa Lokal: Membangun Ekosistem Seni di Pasuruan
Oleh : Wahyu Nugroho
Di berbagai daerah, perkembangan seni rupa seringkali tidak diimbangi dengan adanya infrastruktur pendukung, seperti galeri seni atau artspace. Hal ini juga terjadi di Pasuruan. Akibatnya, beberapa seniman memilih untuk meninggalkan daerah asal. Mereka bermigrasi ke kota-kota yang menjadi pusat kegiatan seni rupa. Sementara itu, sebagian lainnya yang tetap bertahan di daerahnya menghadapi kendala dalam mengkomunikasikan gagasan-gagasan mereka kepada publik. Oleh karena minimnya diakses publik, dampaknya karya merekapun juga sulit mendapatkan tempat di art market.
Di kota-kota yang menjadi pusat kegiatan seni rupa, situasinya pun tidak jauh berbeda. Pertumbuhan jumlah seniman seringkali tidak sejalan dengan ketersediaan infrastruktur seni, terutama galeri seni, sehingga hanya seniman-seniman tertentu yang memiliki jaringan dan koneksi yang cukup kuat yang memiliki kesempatan terakomodasi oleh galeri.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, komunitas-komunitas seni rupa di setiap daerah perlu menjalankan upaya pembentukan ekosistem seni yang mandiri. Ini menjadi penting agar tidak lagi tergantung pada ketersediaan galeri seni yang jumlahnya tidak memadai. Selain itu, pembentukan ekosistem seni rupa ini akan memberikan komunitas seni kemampuan untuk mandiri dalam mengembangkan dan memajukan seni rupa di wilayah masing-masing. Selain itu, agar seniman lokal dapat mengembangkan kreativitasnya tanpa terpaku pada dominasi wacana dari pusat-pusat seni rupa.
Penguatan seni rupa secara menyeluruh menjadi langkah krusial dengan membangun ekosistem seni rupa di daerah. Melalui langkah-langkah seperti mengidentifikasi potensi lokal, merangsang pendidikan seni rupa, menciptakan infrastruktur seni yang memadai, mendorong kolaborasi, membentuk kemitraan dengan sektor pemerintah dan swasta, seni rupa di daerah dapat tumbuh dan berkembang optimal.
Ekosistem seni rupa adalah suatu konsep yang menjangkau jaringan yang kompleks dan saling terkait antara berbagai elemen dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam dunia seni rupa. Ekosistem ini mencakup segala aspek yang terkait dengan seni rupa, mulai dari produksi, distribusi, promosi, hingga apresiasi. Beberapa komponen utama dalam ekosistem seni rupa meliputi:
• Seniman: mereka adalah kreator karya seni rupa, baik itu lukisan, patung, instalasi, fotografi, atau bentuk seni lainnya.
• Galeri Seni atau artspace: tempat untuk memamerkan karya seni agar bisa diakses dan diapresiasi oleh publik
• Kurator: profesional seni yang merencanakan dan mengelola pameran seni serta memilih karya seni yang akan dipamerkan.
• Penulis : memiliki peran penting untuk membuat reportase di media sebagai publikasi.
• Kolektor: individu atau lembaga yang membeli dan merawat koleksi seni rupa.
• Apresiator seni: orang-orang yang menghargai seni rupa, menghadiri pameran, membaca tentang seni, dan mendiskusikannya.
• Media Seni: termasuk surat kabar, majalah, situs web seni, dan ulasan seni yang menginformasikan dan mengiklankan seni rupa.
• Pemerintah dan lembaga kebudayaan: mereka bisa memberikan dukungan keuangan, hibah, atau infrastruktur untuk seni rupa.
• Organisasi seni: kelompok-kelompok seperti perkumpulan seniman, yayasan seni, dan asosiasi seni yang mendukung dan mempromosikan seni rupa.
• Pemasok seni: Penyedia bahan seni, toko alat-alat seni, dan layanan terkait seni lainnya.
• Dukungan finansial: Ini mencakup sponsor, donatur, dan hibah seni yang menyediakan dana untuk seniman dan organisasi seni.
Semua komponen dalam ekosistem seni rupa saling terkait dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan seni rupa secara keseluruhan. Keberhasilan dan pertumbuhan seni rupa dalam suatu wilayah seringkali bergantung pada sejauh mana ekosistem seni rupa tersebut terbentuk dengan kuat dan seberapa erat kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan di seni rupa dapat terwujud.
Dalam upaya untuk merintis terbentuknya ekosistem seni rupa di Pasuruan, salah satu komunitas seni di Pasuruan, KGSP (Komunitas Guru Seni Dan Seniman Pasuruan) menghelat pameran bertajuk “BERLABUH SUKACITA”. Bertempat di Galeri Mojopahit Malang, 13 - 20 Mei 2023. Diikuti 6 (enam) orang perupa : Awan Pamungkas, Garis Edelweiss, Saiful Ulum, Sihabudin, Yoes Wibowo, dan Wahyu Nugroho. Kurator : Zukhriyan Zakaria. Penulis: Kharisma Nanda Zenmira. Tim manajemen penyelenggara perhelatan ini terdiri dari 6 (enam), diketuai Jemmy Andriansyah. Dokumentasi : M. Fikri Haikal. Voluntir atau relawan yang membantu pelaksanaan pameran diketuai: Samsul Hadi. Pengisi acara pembukaan : Alfin Haris (pantomim) dan Asep Suhendar (musik).
Nama-nama yang disebutkan dalam paragraf di atas semuanya merupakan anggota dari satu organisasi, yaitu KGSP. Sejak 2014 dalam tubuh KGSP, yang beranggotakan sekitar 100 orang, telah terjadi diferensiasi peran dalam mengembangkan seni di Pasuruan. Ada yang berperan sebagai kreator seni, pengelola, penulis, kurator, pengisi seni pertunjukan, dan sebagainya. Hanya pada saat itu dalam setiap perhelatan seni pelaksana tugas tersebut sifatnya masih serabutan dan sukarela. Sejak perhelatan “BERLABUH SUKACITA” itulah mulai dirintis sikap profesionalisme pada semua individu yang terlibat dalam perhelatan tersebut.
Pada pameran seni rupa bertajuk “SALAM HANGAT”, upaya untuk pembentukan ekosistem seni rupa di Pasuruan lebih ditingkatkan. Pameran ini bertempat di K-Naya Artspace, yang berlokasi di Purwosari-Kabupaten Pasuruan. Dilaksanakan pada 16 September – 16 Oktober 2023. Dalam perhelatan ini merupakan kolaborasi dua organisasi, KGSP dan ALKMAART (Aliansi Kreator Mahardhika Art).
Dalam perhelatan ini, peserta pameran tidak hanya berasal dari dua organisasi tersebut, melainkan juga melibatkan anggota-anggota dari beberapa organisasi seni rupa lainnya di Pasuruan. Selain itu, para perupa yang berpartisipasi juga datang dari berbagai kota di sekitar Pasuruan, di antaranya: Surabaya, Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, Batu, dan Krembung.
Upaya peningkatan pembentukan ekosistem seni rupa di Pasuruan dalam perhelatan "SALAM HANGAT" tidak hanya memperkuat langkah-langkah yang telah dimulai dalam pameran sebelumnya, "BERLABUH SUKACITA." Beberapa langkah selanjutnya antara lain :
1. Kerjasama dengan artspace lokal: tim manajemen telah menjalin kerjasama dengan artspace lokal di Pasuruan. Rencananya, artspace ini akan menjadi tempat untuk perhelatan seni berkelanjutan di masa depan. Kerjasama ini akan memberikan dukungan infrastruktur seni rupa yang konsisten di Pasuruan.
2. Kolaborasi dengan seniman luar organisasi: perhelatan "SALAM HANGAT" juga membuka peluang kolaborasi dengan seniman-seniman di luar dua organisasi yang menjadi inisiator acara ini. Hal ini memperkaya perspektif seni rupa dan memperluas jaringan seniman yang terlibat dalam ekosistem seni Pasuruan.
Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen untuk mengembangkan ekosistem seni rupa yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan di Pasuruan.
Dalam usaha memperkuat ekosistem seni rupa yang lebih kokoh, diharapkan bahwa program-program di masa depan akan lebih berfokus pada kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki jaringan yang lebih luas dan kompleks. Langkah ini bertujuan untuk membangun koneksi yang lebih kuat dengan berbagai pemangku kepentingan di Pasuruan dan juga dengan komunitas seni rupa di luar kota.
*Wahyu Nugroho, perupa yang tinggal di Purwosari, Kabupaten Pasuruan