Memiliki Kekuatan Kemandirian, Tekad Muhammadiyah Tak Jadi Benalu
Persyarikatan Muhammadiyah dengan seluruh ribuan Amal Usaha (AUM) yang dimilikinya senantiasa mengedepankan kekuatan, semangat, dan sistem kemandirian.
Kekuatan kemandirian tersebut merupakan cara Muhammadiyah agar tidak jadi benalu, lebih-lebih bagi lingkungan tempatnya berdiri. Kehadiran Muhammadiyah justru memberikan manfaat bagi sekelilingnya tanpa terkecuali.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir dengan kekuatan, sistem dan semangat kemandirian Muhammadiyah berharap sistem kehidupan berbangsa dan bernegara kian membaik.
Menurutnya kehidupan berbangsa ini harus bersandar pada sistem yang meritokratik, sebab itu merupakan ciri yang berlaku bagi negara modern, serta tidak terikat pada primordialisme.
Kebijakan Sempit Perosok Bangsa
“Dan kebijakan-kebijakan yang sempit yang justru akan memerosokkan bangsa dan negara ini,” ungkap Haedar pada Upacara Hari Jadi ke-65 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dikutip Minggu 29 Oktober 2023.
Guru Besar Bidang Sosiologi ini menegaskan, jika negeri ini memiliki sistem yang bagus dan Muhammadiyah memiliki kekuatan sistem, mandiri, dan tidak menjadi benalu, maka Muhammadiyah akan memiliki masa depan terbaik dan menjadi uswah hasanah bagi yang lain.
“Artinya jangan pernah menyesal kita memiliki kekuatan kemandirian, di tengah sistem apapun kita kuat karena punya pengalaman itu. Mentransformasikan yang kita idealkan dengan realitas nyata,” ungkapnya.
Kekuatan kemandirian yang dimiliki oleh Muhammadiyah merupakan aktualisasi dari perintah Nabi Muhammad, bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah – al yadul ulya khairun minal yadis sufla.
Pesan Khusus Sumpah Pemuda
Pada peringatan 95 tahun Sumpah Pemuda 28 Oktober 2023, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir berharap generasi muda bangsa belajar persatuan dalam keragaman.
Tidak bisa dipungkiri, Sumpah Pemuda menjadi tonggak sejarah menunjukkan pada dunia bahwa generasi muda Indonesia memiliki kesadaran menjadi bagian utuh dari bangsa yang ingin berdaulat merdeka, dan utuh.
Sebelum Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 dan resmi merdeka 18 Agustus 1945, Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah bersatunya kaum muda Indonesia yang dengan hati bersih menginginkan persatuan dalam keragaman untuk kemerdekaan.
“Kaum muda juga harus terus belajar berinteraksi secara inklusif. Kita berasal dari berbagai latar belakang, tetapi ketika kita ingin berbangsa-bernegara, kita ingin masuk dalam pergaulan internasional – global kesemestaan, semuanya memerlukan pengalaman dan relasi sosial kehidupan yang inklusif, pluralistik, bhineka tunggal ika,” ungkap Haedar.
“Dalam keragaman kita belajar bersatu, dalam persatuan kita menghargai perbedaan dan itu memerlukan pengalaman-pengalaman sosial yang panjang dari kaum muda,” imbuhnya.
Solusi Terbaik dalam Kehidupan
Kepada kaum muda Indonesia sekarang, Haedar berpesan supaya mereka mencari solusi dalam kehidupan. Pemuda Indonesia harus menjadi penyelesai masalah, sehingga kehadiran pemuda memberi manfaat bagi kehidupan sekitar.
Selain itu, pemuda juga diminta untuk belajar menyelesaikan masalah dan resolusi konflik, serta belajar dalam keragaman untuk mencari titik temu harus dipupuk oleh kaum muda. Kaum muda Indonesia tidak boleh merasa cukup diri dengan yang telah diraih.
“Harus melalui perjuangan yang panjang, penuh pergumulan menuju kematangan sebagai pemilik masa depan yang bertanggung jawab bagi diri sendiri, keluarga, umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta,” pesan Haedar.
“Semoga kaum muda tetap bangkit, dinamis, progresif, dan memiliki kebersamaan untuk meraih masa depan,” tandas Haedar.
Advertisement