Memetik Rejeki dari Kaum Urban
Perpaduan harmoni kreativitas dan jiwa seni akan melahirkan inovasi jalan rejeki. Inilah lakon yang telah dijalani Dana Tepos, pelukis Lamongan yang kemudian hijrah menjadi tukang letter.
"Profesi tukang letter masih cukup langka. Peluang menggali rejeki masih terbuka lebar," ujar Dana Tepos mengawali kisah pada ngopibareng.id, Senin, 12 November 2018.
Bisnis ini diyakini pria asal Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan ini akan tetap moncer mengingat banyaknya warga urban dari Kabupaten Lamongan yang merantau di seluruh pelosok negeri.
Mayoritas warga perantauan itu membuka usaha warung makan dari kelas kaki lima hingga depot makan.
Menjamurnya usaha kuliner wong Lamongan jelas membutuhkan letter. Untuk label dan identitas warung makan.
"Untuk warung makan kelas kaki lima setidaknya membutuhkan satu stel letter yang terdiri dari tiga lembar tulisan yaitu depan, belakang dan samping. Padahal terdapat ribuan PKL asal Lamongan di kota-kota besar di Indonesia," kata pria berambut gondrong ini.
Untuk satu stel letter ukurannya sekitar 15 meter dengan harga minimal Rp 130 ribu permeter. Soal harga sendiri tergantung dari bahan kain, jenis lukisan dan tulisan yang dipesan.
Untuk satu stel letter waktu pengerjaannya empat hari. Dibantu dua orang tenaga kerja dalam sebulan Dana bisa mengerjakan 8-10 stel letter.
"Pesanan datang dari seluruh penjuru Indonesia. Pemesan cukup mengirimkan model gambar dan tulisan yang dikirimkan. Setelah pesanan jadi kirimkan lewat jasa paket," katanya.
Menekuni usaha letter telah dijalani Dana Tepos sejak tahun 2012. Awalnya berangkat dari keisengan membantu teman yang minta dibuatkan letter untuk usaha warung makannya di Jakarta.
Dari sekedar iseng tersebut ternyata permintaan untuk membuat letter terus mengalir. Hingga akhirnya jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta ini serius menekuni profesi yang juga dianggap penyalur hobi melukisnya ini.
Sukses menekuni usaha letter tak menjadikan Dana berpuas diri begitu saja. Dirinya juga tergugah mengajak teman-teman lainnya untuk terjun dalam usaha ini. Beberapa remaja diajak dan dilatih proses membuat letter hingga mampu mandiri.
"Saat ini di Desa Bulutengger saja sudah ada sekitar 11 orang yang menggeluti usaha letter. Ke depan saya mengharapkan lebih banyak lagi orang yang mau terjun pada usaha ini," kata Dana.
Saat ini dirinya juga menggagas adanya asosiasi pengusaha letter di Kabupaten Lamongan agar bisa lebih eksis dan profesional.
"Usaha letter tak akan punah meski banyak percetakan digital karena letter memiliki banyak nilai lebih," ujarnya.
Kelebihan dari letter terdapat pada eksotika lukis dan tulisan tangan. Warna dari cat lebih cerah dan ngejreng. Lainnya lebih tahan lama atau awet jika dibandingkan dengan hasil cetak digital. (tok)