Membentuk Pribadi Muslim Kuat, 7 Kiat Membangun Keluarga Sakinah
Islam mengajarkan pada setiap generasi umatnya terdiri dari umat yang kuat. Yang berdaya baik fisik maupun spiritual, termasuk di antaranya adalah kekuatan ekonomi yang mencukupi kebutuhan.
Berikut kiat-kiat khusus untuk mencapat Keluarga Sakinah, DR Jalam Ma'mur Asmani dari Pati, menyampaikan tujuh poin penting sebagai kiat atau taktik rahasianya:
1. Memahami tujuan pernikahan.
Menikah adalah mematuhi perintah Allah dan mengikuti sunnah Nabi. Menikah bukan memperturutkan hawa nafsu. KH. Maimoen Zubair dawuh:
"Selama laki-laki dan perempuan berkumpul didahului dengan akad nikah, maka selama itu pula kemuliaan manusia terjaga."
2. Membangun kesepahaman (visi) dunia dan akhirat.
Visi keluarga adalah menjadi sumber kedamaian dan tempat bersemai kader-kader penerus yang berkualitas. Dalam bahasa agama, keluarga adalah taman surga yang menyejukkan, menentramkan, dan membahagiakan semua penghuninya.
3. Memahami 5 pilar utama keluarga.
Lima pilar tersebut adalah: Pertama, mitsaqan ghalidha (ikatan yang kuat) sehingga harus dipertahankan dan jangan dilepas. Kedua, zawajan (berpasangan) yang saling melengkapi, menyempurnakan dan menutupi kekurangan-aib pasangan. Jangan egois dan mau menang sendiri. Ketiga, musyawarah (sharing bersama secara demokratis). Keempat, muasyarah bil ma'ruf (bergaul dengan harmonis) dan jauh dari kekerasan. Kelima, taradlin (saling meridlai) di mana suami dan istri saling mendukung satu dengan yang lain. Suami mendorong potensi istri berkembang dan istri mensupport karir suami.
4. Mempunyai ketahanan mental dan emosi.
Jangan emosi-marah karena dilarang Nabi dan efek negatifnya panjang. Ketika suami marah jangan diladeni, diam saja. Ketika istri marah juga jangan ditanggapi, diam saja.
Dalam agama, seseorang dilarang mengambil keputusan saat marah. Alasannya: marah mengacaukan pikiran (تشويش الفكر).
5. Memahami manajemen konflik.
Konflik keluarga adalah bumbu yang selalu ada yang jika dikelola dengan baik akan memperkuat bangunan rumah tangga.
Keutuhan rumah tangga menjadi tali pengikat suami-istri. Kematangan psikologi sangat dibutuhkan. Manajemen konflik ada yang berupa internal konsentrasi dan eksternal konsentrasi. Internal konsentrasi adalah masalah yang lahir dari kedua pasangan yang dalam pemecahannya jangan melibatkan orang lain-pihak ketiga. Suami-istri duduk bersama dengan kepala dingin untuk menemukan titik temu yang diterima bersama. Sedangkan eksternal konsentrasi adalah masalah yang melibatkan pihak luar yang membutuhkan sharing informasi dan gagasan dari pihak luar. Melokasir masalah sangat penting dalam manajemen konflik keluarga supaya masalah tidak melebar.
6. Manajemen ekonomi yang baik.
Jangan besar pasak dari tiyang. Pengeluaran jangan lebih besar dari pemasukan. Dalam keluarga, harus bisa membedakan antara kebutuhan yang harus dipenuhi dan keinginan yang tidak harus dipenuhi. Memetapkan skala prioritas menjadi urgens dalam keluarga.
7. Memahami strategi mendidik anak berkualitas.
Semua kecerdasan anak digali dan dikembangkan. Kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, dan moral adalah kecerdasan yang harus diasah sejak dini supaya berkembang dan menjadi identitas anak dalam pertumbuhannya.
Meneladani KH. Abdullah Zain Salam, mendidik anak mempunyai banyak kiat. Antara lain: sedekah dengan niat demi anak, mendidik kemandirian anak, memfokuskan anak pada bidang tertentu, memasang target pada anak, mendidik anak sepanjang hayat, dan bertawassul kepada Waliyullah untuk kesuksesan dan keberkahan anak.
Semoga anak-anak kita dijadikan Allah generasi berkualitas (shalih-akram) yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia dunia akhirat. Amiin Yaa Rabbal 'Alamiin.
Pati, Kemenag, November 2021.
Demikian disampaikan DR Jamal Ma'mur Asmani, aktivis NU Pati, dalam Rakor Gerakan Keluarga Maslahah NU & Kemenag Pati, Selasa, 31 Oktober 2023 di Aula Kemenag Pati.
Advertisement