Membentuk Bangsa yang Unggul, Perlu Penguatan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah kunci bagi pembangunan jati diri bangsa. Pendidikan karakter menurutnya bukan sebatas etika sosial, tatakrama dan budi pekerti, tetapi kepada pembentukan kepribadian setiap warga bangsa yang sesuai dengan pedoman nasional.
Demikian diungkap Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dalam Podcast Tvmu bertajuk “Penguatan Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan”, Selasa 14 Desember 2021. Abdul Mu’ti menyebut penguatan pendidikan karakter telah dimulai semasa Menteri Pendidikan Nasional RI 2009-2014, Mohammad Nuh.
Melalui Kurikulum 2013 yang kemudian lebih populer dikenal sebagai ‘K-13’, penguatan karakter utama diutamakan sebagai tujuan pendidikan. Salah satunya menyangkut penguatan iman, takwa, dan akhlak mulia.
Dalam konteks pendidikan, menurut Mu’ti pendidikan karakter bisa dimaknai dalam dua aspek. Pertama, soal nilai, dan kedua, soal perilaku.
Bukan Sekadar Pengetahuan Semata
Pada aspek nilai, pendidikan karakter menurutnya bukanlah sekadar pengetahuan semata tentang satu hal, tetapi lebih kepada internalisasi nilai dalam kepribadian dan perilaku siswa.
“Nah nilai itu melekat pada semua mata pelajaran. Selama ini kan stigmanya hanya ada pada pendidikan agama. Nah lewat K-13 itu dibangun konstruksi baru dalam kurikulum kita bahwa iman, takwa itu melekat pada semua mata pelajaran dalam bentuk nilai, value. Nilai itu jangan juga dimaknai sebagai angka, tapi pandangan yang mulia, yang melekat dalam pribadi seseorang yang menyangkut perilaku dalam kehidupannya,” jelas Mu’ti.
Pada aspek perilaku, pendidikan karakter menurut Mu’ti adalah proses pembiasaan dan penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukannya pendidikan karakter itu.
“Karena kalau kita lihat pendidikan karakter itu kan ada dua klasifikasi besar. Written curriculum, yang tertulis dalam bentuk silabus dan materi pelajaran, tapi juga ada hidden curriculum yang itu melekat dan berusaha menciptakan perilaku, lingkungan, dan semua pengalaman baik yang diperoleh murid dalam masa pendidikan. Itulah yang disebut kurikulum,” terangnya.
Abdul Mu’ti lantas mendukung upaya Mendikbud Ristek RI, Nadiem Makariem yang berkomitmen menguatkan pendidikan karakter melalui assesment kompetensi (AKN) dan survei karakter peserta didik.
“Oleh karena itu maka pendidikan karakter memperoleh kembali penguatan melalui berbagai regulasi bagaimana agar peserta didik ini bisa menjadi lebih baik lagi perilakunya, lebih baik akhlaknya,” tutur Mu’ti.
Advertisement