Membelenggu, Kompetensi Guru akan Disederhanakan
Plt Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan, Santi Ambarukmi berpandangan merdeka belajar yang digagas Mendikbud Nadiem Makarim, memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan diri.
Selama ini guru dibelenggu dengan berbagai aturan sehingga guru tidak kreatif.
"Pola lama itu harus ditinggalkan supaya pendidikan di Indonesia mampu bersaing dengan negara lain," kata Santi Ambarukmi kepada wartawan, sehubungan dengan Lokakarya Kompetensi Guru dan Kepala Sekolah di Hotel Milenium Jakarta Kami 20 Februari 2020.
Lokakarya kompetensi diikuti guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dari berbagai wilayah. .
Menurut Santi, penjabaran UU No14 ada Permendiknas 16 2007. Di sana dijabarkan lagi sub-sub kompetensi ada 24. Masing-masing dijabarkan lagi seperti pedagogik 10.
Dari perspektif yang baru, kompetensi harus disesuaikan dengan kondisi yang ada zaman sekarang, cukup dengan empat kompetensi.
Sebab itu model kompetensi yang sudah uasang perlu dikaji kembali. Dari kajian kritis ini akan dapat satu model yang mudah mencapainya dan mudah guru melakukannya.
"Tahapan-tahapan itu diharapkan dapat diperoleh dalam kajian kritis ini," katanya.
Soal revisi undang-undang, dikatakan
sudah dalam proses di DPR. Sebanyak 34 kompetensi itu mengacu ke Permendiknas 13/2007.
"Ke depannya yang perlu, kami ajukan kepemimpinan belajar untuk kepala sekolah," kata Santi Ambarukmi.
Peserta lokakarya dari SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo
Enik Khairul Ummah, mengatakan
Forum ini sangat dibutuhkan sejak lama.
"Melalui lokakarya ini kami bisa menyuarakan kondisi di lapangan agar ada perubahan setelah kita memberikan informasi," ujar Enik.
Bagaimana pun keberhasilan pendidikan di Indonesia melibatkan semua orang.
Di sini kami diberi kesempatan untuk refleksi apa yang ada di lapangan.
Harapannya bagaimana semua kepala sekolah di seluruh indonesia menjadi kepala sekolah yang baik. Guru menjadi baik semua, bukan beberapa saja yang dipilih menjadi terbaik.
Menjadi kepala sekolah yang menggerakkan. Sekarang masanya masa bersama-sama. Bekerja bareng. Tidak bisa sendiri-sendiri. Sehingga kalau ada kerja bareng, tugas yang menumpuk meningkatkan kualitas pendidikan, bisa dikerjakan.
"Kebetulan di Muhammadiyah ada satu komunitas. Tetapi tidak semua sekolah baik, tapi di komunitas kami bagaimana sama-sama memajukan," ujar Kepala Sekolah SD Muhammadiyah I Sidoarjo.
Advertisement