Unesa Bantu Branding Potensi Wisata di Desa Songgon Banyuwangi
Banyuwangi menjadi salah satu icon daerah pariwisata baru di Jawa Timur. Banyuwangi bahkan disebut sebagai Bali baru. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memang bertekad memoles destinasi wisata di kabupaten paling timur Jawa ini, agar bisa semenarik mungkin seperti Bali.
Meski sudah ada tekad kuat untuk memoles Banyuwangi, namun belum semua wilayah di Banyuwang dikelola secara maksimal. Hal ini menarik perhatian bagi tim dosen program studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya, untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di sana.
Tim pengabdian ini diketuai oleh Vinda Maya dan beranggotakan empat dosen ilmu komunikasi Unesa lain yakni Danang, Puspita, Gilang, dan Anam. Vinda dan tim melakukan observasi. Mereka melihat daerah mana yang berpotensi, namun belum dikelola secara maksimal.
Akhirnya, Desa Songgon menjadi pilihan dalam PKM kali ini. Pertimbangannya karena desa ini mempunyai potensi alam bagus. Secara geografis Songgon juga terletak di bawah kaki Gunung Raung.
Desa ini sebenarnya pernah dilaunching menjadi desa wisata oleh Bupati Banyuwangi, Azwar Anas 2017 lalu. Sayang, meski sudah pernah dideklarasikan sebagai desa wisata, pengelolaannya mandheg alias jalan di tempat. Tak ada pengembangan lagi.
Mandhegnya pengembangan itu, salah satu penyebabnya karena infrastruktur yang dianggap tak mendukung. Transportasi menuju desa ini masih sulit. Padahal desa ini, salah satu penghasil buah durian. Buah berduri ini bisa melimpah saat musimnya datang.
Atas keluhan infrastruktur yang belum mendukung ini, Vinda menyebut sebenarnya bukan menjadi masalah utama. "Yang terpenting adalah bagaimana bisa mengelola potensi yang ada, karena sekarang ini piknik sudah menjadi gaya hidup.” terang Vinda.
Vinda bersama tim menawarkan beberapa produk branding. Di antaranya dengan membuatkan video profil, infografis, foto dan media sosial untuk mengelola potensi wisata di Songgon ini. Warga menyambut dengan baik, bahkan mereka juga meminta untuk didampingi dalam pengelolaan media sosialnya.
Dalam pembuatan video profil, tim berdiskusi terlebih dahulu dengan perangkat desa. Kira-kira apa saja yang ingin dikembangkan. Ternyata banyak potensi yang bisa dikembangkan. Misal menjadi desa durian, wisata Tirta Kayangan karena desa ini sungai tempat pemandian, serta sawah yang dapat menjadi sirkuit sepeda.
“Ketika berkumpul dengan perangkat desa dan warga, kami juga mengatakan perlu adanya kelompok sadar wisata yang benar-benar solid.” tambahnya.
Kelompok yang solid ini merupakan representasi kekuatan kelembagaan. Dalam ilmu komunikasi dikenal teori communication development. Teori ini intinya menyebut, jika sebuah komunitas ingin maju dan berkembang, bukan hanya potensinya tetapi juga penguatan kelembagaannya harus kuat.
Advertisement