Membangun Pribadi Kuat, Keteladanan Rasulullah Periode Madinah
Sebagai Rasul Terakhir, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) memberi teladan kepada umat manusia. Dimulai dari keteladanan bagi keluarga (Ahlul bait), Sahabat dan umat Islam secara luas hingga akhir zaman.
Setelah melakukan hijrah dan membangun Masjid Nabawi di Madinah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) mengadakan perjanjian antarsesama Muslim.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah SAW disarikan dari kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya Syaikh Mubarakfurry. Ada 16 butir isi perjanjian, yang secara umum berisi tentang perintah untuk bersatu dan saling tolong menolong, larangan menzalimi, menjaga kehormatan, jiwa dan menjadikan Allah serta Rasul-Nya sebagai rujukan dari semua perselisihan di antara mereka.
Dengan adanya perjanjian tersebut, kekuatan sendi-sendi masyarakat semakin kokoh. Bahkan tidak hanya sampai di sini, Rasulullah SAW juga mendidik para sahabat agar menjadi pribadi-pribadi mukmin yang berkualitas, berjiwa suci, berakhlak mulia, menanamkan kasih sayang, bersaudara, beribadah dan taat kepada Allah Ta'ala. Ketika salah seorang shahabat bertanya kepadanya:
“Islam apa yang paling baik?”
Rasulullah SAW menjawab: “Engkau memberi makan (orang lain) serta mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal."
Di lain waktu beliau SAW bersabda: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang lain tidur, kalian akan masuk surga dengan tenteram."
Dan di antara sabdanya juga: “Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya."
“Orang Muslim adalah orang yang orang-orang Muslim (lainnya) selamat dari lisan dan tangannya."
“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sebelum dia mencintai saudaranya sebagaima dia mencintai dirinya sendiri."
“Antar Mukmin yang satu dengan mukmin lainnya, bagaikan bangunan, satu sama lain saling menguatkan.”
Dan masih banyak hadits-hadits Rasulullah SAW lainnya yang besar pengaruhnya dalam menciptakan pola hubungan yang baik di tengah masyarakat Muslim. Sehingga masyarakat pada zaman sahabat dikenal sebagai contoh masyarakat yang ideal dan menjadi panutan sepanjang sejarah.
Di sisi lain, kepribadian Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang sangat agung, berwibawa, dan berakhlak mulia, sangat besar perannya dalam mengarahkan masyarakat baru Madinah yang mampu mengatasi berbagai rintangan ke depan.
Jadilah Muslim yang Baik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ.
Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda :
"Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, ( dia ) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini ( seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali ). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. " ( H. R. Muslim no . 6706 )
Semoga kita dan seluruh keluarga kita selalu bertakwa kepada Allah, menjadi muslim yang baik, baik di dunia ini dan baik di akhirat nanti. Aamiin....!!!
Demikian semoga bermanfaat.
Advertisement