Membangun Mimpi Teman Disabilitas Surabaya
Sambil duduk di atas kursi rodanya, Fira Fitria dengan seksama menyaksikan acara Festival Vokasi Teman Disabilitas yang diselenggarakan oleh LSM ThisAble di Surabaya, Kamis 14 Maret 2019 lalu. Mengenakan pakaian semi formal dengan jilbab yang menutup hingga bagian dadanya, Fira beberapa kali berbincang dengan kawannya sesama penyandang Cerebral Palsy.
Ya benar, Fira merupakan salah satu peserta dari sekian banyak peserta yang datang dalam acara itu. Dia menderita Cerebral Palsy. Cerebral Palsy adalah kondisi lumpuh otak yang mempengaruhi otot dan syaraf. Namun meski memiliki keterbatasan semacam ini, tak membelenggu aktivitas Fira. Fira bahkan mengaku juga nyambi jadi sebagai jurnalis.
“Alhamdulillah, acara ini bisa membuat teman-teman bisa berjuang secara independen dalam ekonomi mereka. Saya pribadi sedih kalau melihat teman-teman itu tidak bisa kerja dan dapat uangnya selalu dari belas kasih atau sumbangan,” ujar wanita berusia 32 tahun tersebut.
Sama seperti Fira, Prayogo juga datang sebagai peserta dalam acara tersebut. Pria kurus dengan kacamata hitam ini juga tampak berbincang dengan teman sesama tuna netra. Sesekali sambil duduk di kursi rodanya, ia memainkan ponsel pintarnya. Seperti layaknya orang normal lainnya. Namun yang membedakan, ponsel milik Prayogo ini memiliki perintah suara. Maklum saja, Prayogo tak bisa melihat, tapi bisa mendengar.
Pria yang kini berusia 26 tahun tersebut sangat antusias mendengarkan materi yang dibawakan dalam acara ini. Sebagai pembicaranya, salah satunya adalah Jonan Damanik. Dia juga penyandang tuna netra. Namun meski menyandang tuna netra, Jonan Damanik bisa mandiri secara finansial. Prayogo ingin meniru Jonan Damanik. Bisa mandiri secara finansial.
“Saya meskipun mempunyai kekurangan namun ingin kerja sendiri. Tidak menunggu orang lain. Saya pingin mendapat pekerjaan yang lebih baik,” ujar kata Prayogo.
Dalam paparannya Jonan Damanik bercerita bahwa dia sempat diejek dan diragukan untuk bisa memiliki usaha pribadi. Namun semua keraguan itu bisa dibantah oleh Jonan. Kini dia memiliki ternak lele di rumahnya.
Wiraswasta masih menjadi pilihan untuk para penyandang disabilitas untuk mendapatkan penghasilan. Maklum, peluang bekerja di sektor bekerja di sektor formal masih menjadi hambatan bagi penyandang disabilitas. Namun, bukan berarti peluang itu tak ada sama sekali.
“Saat ini kami bekerjasama dengan beberapa institusi sehingga teman-teman disable ini dapat mendapatkan akses dan peluang pekerjaan di sektor formal maupun informal,” ucap Jonan
Jonan tidak sekedar omong kosong. Dalam acara ini, selain talkshow, penyelenggara juga mengadakan pelatihan bagi para penyandang disabilitas untuk mendapat sertifikasi dan kompetensi.
“Dengan pelatihan keterampilan mereka bisa berkarya di sektor informal dan formal, seperti menjadi operator telepon dan pencuci mobil. Kami juga beri pelatihan dan sabun cuci. Selain itu, kami juga bekali mereka dengan literasi keuangan,” sambungnya.
Jonan berharap, pemerintah benar-benar membuka akses sebesar-besarnya untuk kemudahan para penyandang disabilitas.
Pendapat sedikit berbeda datang dari dari Ketua Pelaksana acara Festival Vokasi Teman Disabilitas, Ashya Firdausy. “Acara seperti ini mendapat respon positif dari Dinas Ketenagarakerjaan. Selain itu beberapa waktu lalu BUMN juga membuka lowongan berkarier untuk para penyandang disabilitas,” ungkap Caca panggilan akrab Ashya, mahasiswi asal Unesa yang menjadi relawan dan penanggungjawab acara tersebut.
Acara semacam ini diadakan rutin setiap tahun di beberapa kota di Indonesia. Menariknya, pesertanya bukan hanya berasal dari kota penyelenggara. Mereka bahkan datang dari daerah sekitar kota penyelenggara. Saat diselenggarakan di Surabaya kemarin, peserta juga datang dari Tuban, Gresik, Lamongan dan sekitarnya. (alf)
Advertisement