Membalas Cacian dengan Hadiah, Ini Akhlak Imam Ali Zainal Abidin
Syaikh Abdul Qadir As-Sindi adalah tokoh Wahabi yang sangat membenci Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Ia pernah menulis artikel berisi fitnah kepada Sayid Maliki yang kemudian dimuat di majalah Al-Jama'ah Madinah Al-Munawwarah.
Di antara isi fitnah tersebut adalah menuduh Sayyid Maliki sesat serta mengaku-ngaku sebagai keturunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Ketika artikel tersebut tersebar hingga ke beberapa negara, banyak ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah yang bereaksi dan meminta Sayyid Maliki untuk membuat pembelaan. Namun, Sayid Maliki membiarkannya tanpa membuat pembelaan.
Beberapa waktu kemudian, Sayid Maliki mengajak beberapa muridnya untuk pergi ke Madinah dengan membawa uang banyak. Murid-muridnya tidak ada yang mengetahui untuk apa atau siapa uang tersebut.
Hingga sampai di suatu tempat, Sayid Maliki turun membawa uang tadi menuju sebuah rumah. Beliau berjalan sendiri dengan menutup kepalanya menggunakan rida, sehingga sulit dikenali orang lain.
Sayid Maliki lalu memberikan uang tersebut kepada sang tuan rumah. Tanpa mengenalkan dirinya, beliau pergi hingga akhirnya sang tuan rumah menyadari sendiri bahwa yang telah memberinya uang adalah Sayid Maliki.
Sang tuan rumah yang tak lain adalah Syaikh As-Sindi, kemudian berlari mengejar Sayid Maliki, lalu merangkulnya, menciuminya dan berkata, "Tuan tentu Sayid Muhammad Al-Maliki. Sekarang aku yakin bahwa Tuan adalah keturunan Rasulullah. Sebab tidak ada yang membalas cacian dengan hadiah, kecuali ia seorang keturunan Rasulullah."
Syaikh As-Sindi lalu meminta maaf dan Sayyid Maliki pun memaafkannya. Semenjak itu Syeikh As-Sindi keluar dari faham Wahabi dan menjadi pengikut Sayyid Maliki.
Kisah di atas mengingatkan kita pada akhlak Imam Ali Zainal Abidin yang memberi hadiah kepada orang yang mencacinya. Orang tersebut menjadi malu dan bersaksi bahwa Imam Ali benar-benar seorang keturunan Rasulullah yang layak diikuti.
Demikian disadur dari kitab Al-Injaz Fi Karamatil Fakhril Hijaz karya Habib Mustafa Al-Jufri dengan beberapa penyesuaian.