Membaca Virus Corona di Zaman Dusta
Oleh: Anwar Hudijono
Bacalah! Apakah virus Corona pertanda kiamat kecil?
Bacalah! Apakah virus Corona pintu gerbang Malhamah (perang besar)?
Bacalah! Apakah virus Corona bagian dari fitnah Dajjal?
Bacalah! Tapi tidak cukup dengan mata eksternal karena ini jaman penuh tipuan, kepalsuan, kebohongan.
Bacalah! Dengan bashirah. Mata internal. Mata batin.
Bacalah! Dengan nama Allah yang menciptakan.
Bacalah! Iqra! Sesungguhnya Allah yang menciptakan virus Corona.
Saat ini viral pol di media sosial maupun media digital tentang cuplikan tentang buku Iqra Jilid 1 yang ditulis KH As'ad Humam. Pada halaman 24 tertulis "qa ra na, kha la qa, za ma na, dza ha ba). Rangkaian suku-suku kata itu jika diterjemahkan: Corona tercipta jaman dusta. Buku ini ditulis tahun 1987 alias jauh sebelum virus Corona atau Covid-19.
Video maupun konten narasi ini mendapat serangan dari banyak pihak. Misalnya, Med.com, Haluan.com. Konten itu dianggap fake news (berita sampah). Dikategorikan disinformasi, informasi menyesatkan.
Konten penyerangan yang tersebar di banyak media online maupun media sosial ini tampaknya masih berhubungan. Bisa dilihat dari bentuk narasi maupun argumentasinya serupa. Kelihatan tujuannya bukan untuk meluruskan informasi tetapi untuk mendelegitimasi firasat seorang ulama yang ditulis secara tersamar.
Misalnya, menyalahkan bahwa yang pertama kali menemukan istilah virus Corona bukan ulama melainkan peneliti Joseph S.M. Peiris 1930 dan kemudian ditemukan pada manusia tahun 1960-an. Disebut sumbernya Medical Microbiology edisi 18. Tapi tidak menyertakan bukti buku ini maupun tulisan Peiris.
Penyerang ini mengabaikan bahwa postingan tentang buku Iqra tidak pernah menyebut bahwa As’ad Humam adalah orang pertama kali menyebut virus Corona. Pemosting yang mengaitkan dengan virus Corona. Penyerang ini terkesan melakukan disinformasi sekaligus maleinformasi.
Seandainya betul Joseph S.M.Peiris adalah orang pertama kali menemukan istilah Corona, tapi saya percaya KH As’ad Humam tidak pernah tahu. Bahkan Asád juga tidak menulis tentang virus.
Bahkan pejabat tinggi RI pun juga belum tentu tahu. Termasuk ketika virus Corona sudah terjadi dan bikin heboh. Peiris pun baru dimunculkan untuk meng-counter postingan tentang buku Iqra tersebut.
Faktanya, kutipan pada buku Iqra itu benar adanya.
Untuk itu, sebaiknya abaikan serangan ini. Anggap saja mendung gelap yang hendak menutup matahari. Ini jaman now di mana cybermedia menjadi palagan peperangan.
Habib Abu Bakar Al Masyhur
Beredar pula video Ust Wandi Bustami di You Tube. Dia menjelakan bahwa Habib Abu Bakar Al Masyhur dari Yaman dalam bukunya, Al Usus wal Muntalaqat menyebut tetang penyakit “Kuruna”. Buku ini ditulis puluhan tahun lalu. Cetakan ketiga terbit pada tahun 2015.
Tidak perlu dimasalahkan dalam penulisan “Kuruna” apa “Corona”. Sama seperti kata “hello” di Inggris, berubah “Hallau”di Arab, dan “halo” di Indonesia.
Menurut Habib Abu Bakar, Corona adalah tanda kiamat kecil. Penyakit ini belum pernah terjadi sebelumnya. Penyakit itu diawali dengan demam, rasa panas. Selain Corona. Juga disebut tentang penyakit Influenza Tuyur (flu burung) dan Influenza Khonazir (flu babi).
Saya belum tahu apakah ada penyerangan terhadap Habib Abu Bakar. Jika toh ada itu sudah biasa. Zaman now hoax sangat dahsyat. Bukan hanya hoax disebar untuk cari uang, meluapkan hawa nafsu, melakukan penyesatan publik, tetapi juga untuk menutup kebenaran.
KH As'ad Humam maupun Habib Abu Bakar Almasyhur ini bukan pakar eskatologi, ilmu yang mempelajari tentang akhir zaman. Bukan pakar microbiology. Bukan ahli patologi. Tapi keduanya memiliki muhasyafah, firasat tentang peristiwa yang akan terjadi.
Muhasyafah ini dimiliki orang beriman yang dekat sekali dengan Allah. Dengan demikian petunjuk atau informasi dari Allah. Rasulullah dawuh, "Takutlah atas firasat seorang mukmin”.
Muhasyafah itu bertolak belakang dengan terawangan yang dimiliki para dukun ilmu hitam atau ahli nujum dan tukang sihir. Sumber informasinya adalah jin. Bahkan sering kali peristiwa yang terjadi hasil setting-an kerja sama manusia dengan jin.
Gerbang Malhamah
Nisbah antara firasat KH As’ad Humam dan pandangan Habib Abu Bakar adalah bahwa cirus Corona mewabah pada akhir zaman. Di mana akhir zaman ini penuh dengan “kadzaba” (dusta).
Nabi Muhammad juga dawuh: “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat.”(HR Hakim).
Jaman dusta ini dalam istilah sekarang disebut post-truth (pasca kebenaran). Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang penulis keturunan Serbia-Amerika, Steve Tesich pada tahun 1992 dalam sebuah artikel pada Nation Magazine. Kenapa muncul di Amerika? Bisa jadi karena negara ini sumber kebohongan terbesar. Kamus Oxford menetapkan kata post-truth sebagai international word of the year pada tahun 2016.
Dan faktanya virus Corona ini dijubeli dengan informasi dusta, hoax, fake news, deep fake, internet troll. Pelakunya mulai perseorangan, kelompok, organisasi, bahkan negara. Banyak negara menyebar hoax Corona, yang salah satu pertimbangannya agar tidak berdampak pada ekonomi.
Sampai-sampai WHO sambat ganda. Pertama, sambat virus Corona yang terus menyebar ke seluruh dunia. Kedua, banternya internet troll dan hoax tentang Corona. Pemerintah RI pun sampai pusing terhadap hoax Corona.
Corona terjadi pada akhir zaman atau menjelang kiamat kubra (kiamat besar) juga sesuai pandangan pakar eskatologi Islam Sheikh Imran Hosein. Menurut ulama asal Trinidad-Tobago ini, virus Corona diduga disebarkan oleh Dajjal.
Dajjal sudah dilepas tapi tidak diketahui di mana tempatnya. Bagaimana beroperasinya. Bagaimana menjalankan misinya. Yang pasti salah satu misinya adalah menebar fitnah bagi umat manusia. Baru saat kiamat sudah dekat dia akan dimunculkan oleh Allah sebagai Mesias Palsu (Masih ad-Dajjal).
Menurut Sheikh Imran Hosein, mungkin saat ini Dajjal melakukan tes water (penjajagan) bagaimana reaksi China dan WHO terhadap epidemik Corona ini. Sehingga bisa diketahui bagaimana jika terjadi Malhamah (perang akbar).
Sebab, Malhamah adalah perang dengan korban dari 100 yang ikut perang hanya akan selamat satu orang. Kedahsyatan semacam itu tidak bisa dengan perang konvensional. Mesti perang yang melibatkan senjata pemusnah massal. Entah itu bom nuklir maupun senjata biologi.
Kembalikan Kepada Allah
Bacalah! Bacalah fenomena Corona di akhir zaman ini. Bagi orang yang beriman, dalam menghadapi wabah Corona ini akan berpegangan pada Quran Surah Al Baqarah ayat 153. Apabila ditimpa musibah, minta pertolongan Allah dengan shalat dan sabar. Virus Corona adalah musibah (ujian) bagi orang beriman.
Tetap tenang. Tidak usah panik. Tidak usah memborong masker dan sembako. Tidak usah takut bersalaman. Jangan lantas salaman tangan diganti salaman kaki pakai sandal. Sangat sibuk cuci tangan. Takut ke masjid. Takut ke Ka’bah. Takut hadir di majelis taklim. Takut ke kantor. Penuh curiga terhadap orang yang pilek, panas. Takut bezuk saudara yang sakit. Takut takziyah.
Salah satu target fitnah Dajjal itu membuat orang takut. Panik. Bingung. “Sesungguhnya orang-orang beriman berkata, Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, mak malaikat akan turun kepada mereka dengan berkata, jangan kamu takut dan jangan bersedih, dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang sudah dijanjikan kepadamu.”
Janganlah karena panik Corona lantas mencari jalan serasional mungkin sampai lupa bahwa semua yang terjadi atas ijin Allah, termasuk Corona ini. Umat Islam banyak dibekali perangkat penolak Corona. Misalnya, hafalkan Kahfi 1-10 (jika Corona ternyata bagian dari fitnah Dajjal). Baca ayat Kursi setiap habis shalat. Baca istighfar. Shalat malam.
Setiap bepergian baca: Bismillahi tawakkaltu alallahi la haula wa la quwwata illa billah. Maka hidup kita dibawah cover Allah.
Ada juga doa khusus untuk penyakit berat sebagaimana dalam Hadits Abu Dawud dan Nasai. “Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan segala penyakit yang buruk/mengerikan lainnya.”
Allahu a’lam.
*Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo.
Advertisement