Membaca Sri dan Rini, Lewat Jokowi
Membuka minggu pertama bulan Oktober, di hadapan anggota Kabinet Kerja, Jokowi mengingatkan bahwa dia adalah Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan yang juga Panglima tertinggi dari ketiga Angkatan: AD, AL, AU. Siapa sih yang nggak tahu? Tapi begitulah cara orang Jawa mengekspresikan kemarahan atau setidaknya memuntahkan rasa kesalnya.
Semakin terbaca ketika Presiden memerintahkan para pembantunya agar lebih fokus pada kerja dan urusan masing-masing. Bila ada hal antardepartemen yang perlu diselesaikan, agar menyelesaikannya melalui Menteri Koordinator masing-masing. Perintah ini tentu tidak datang tiba-tiba. Peribahasa mengatakan, tak ada asap kalau tak ada api.
Memang ada dua peristiwa ‘aneh’ berkaitan dengan manajemen pemerintahan yang menarik untuk dicermati. Dalam menjalankan tugas kenegaraan, lazimnya para menteri, pembantu presiden, bila ada masalah yang tidak perlu disebar dan diketahui publik, dijaga kerahasiaannya agar tetap menjadi masalah internal. Apalagi masalah yang berdampak negatif pada publik. Seperti menjadikan publik resah dan dihinggapi rasa ketakutan. Melanggar code of conduct ini, pasti kacau!
Hal ini yang mungkin terjadi di belakang punggung Presiden Jokowi. Yang pertama, kasus Gatot Nurmantyo dan 5000 pucuk senjata yang persoalannya walau seram dan menegangkan, sudah dapat di clear kan. Yang kedua, bertebarannya surat Sri Mulyani yang dialamatkan ke Menteri ESDM Ignatius Jonan dan BUMN Rini Suwandi, sang menteri yang super istimewa.
Andai surat itu dari seorang Sri Mulyani warga mesyarakat biasa, tentu tidak jadi masalah. Tapi dari seorang Sri Mulyani yang Menteri Keuangan, itu masalah!
Pasalnya isu surat itu semacam peringatan lampu kuning yang dinyalakan Sri Mulyani untuk menyadarkan publik bahwa ada sesuatu yang ‘kurang beres’ di dalam pengelolaan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Membaca isi suratnya, 'tembakan' Sri sepertinya bukan ditujukan kepada menteri Jonan. Kementrian ESDM hanya bertanggungjawab atas hal-hal teknis. Sementara dalam surat Sri sepenuhnya menyangkut masalah keuangan yang dipersoalkan. Nah, siapa lagi yang dituju kalau bukan Rini?!
Pernah ada kabar bahwa komunikasi antara Sri dan Rini tidak berjalan baik. Dengan adanya surat dari Sri untuk Rini, rumor tentang buruknya komunikasi mereka menjadi terang benderang. Memang begitulah kenyataannya.
Pantas saja presiden marah. Itu pun kita tahu karena presiden sendiri membukanya ke publik. Maka publik pun bertanya-tanya, kenapa kedua pembantunya yang lagi ‘perang dingin’ tidak dipanggil dan ‘dijewer’ saja di ruang presiden dalam keadaan pintu tertutup dan tak ada satu pun kamera wartawan membidiknya.
Apa iya Jokowi sungkan? Karena keduanya perempuan, dan masing-masing dikenal sebagai penyandang predikat ‘Srikandi’nya Kabinet Kerja. Sri Mulyani menjadi ‘Srikandi’ yang perkasa karena mengurus keuangan negara dengan citra sebagai menteri keuangan terbaik se-Asia. Juga citra akan besarnya dukungan lembaga-lembaga keuangan internasional kepada Menteri Keuangan ini. Ditambah lagi ia pulang untuk mengabdikan diri pada ibu pertiwi atas panggilan Jokowi yang secara ekstra melantunkan tembang ,,Sri, ndang balio..”
Sementara ‘Srikandi’ yang satu lagi adalah perempuan yang menjadi sakti karena merupakan pendamping Jokowi sejak awal maju sebagai calon Presiden hingga sekarang. Rini menjadi sangat sakti karena terlanjur menjadi ‘the lady who knew too much’. Kalau memakai istilah gaul, Srikandi yang satu ini mungkin banyak pegang ‘kartu’nya Jokowi. Itu yang mungkin menyebabkan; sekalipun ‘ibu suri’ Megawati mendesak agar Rini masuk dalam daftar reshuffle jilid 1 & 2, Rini sang penakluk tetap moncer dan bertengger sampai sekarang.
Hanya masalahnya, dalam pewayangan tidak ada Srikandi kembar. Nah, bagaimana di Kabinet Kerja Jokowi? Kalau harus hanya ada satu Srikandi, siapa yang harus lengser? Atau, dilengserkan dua-duanya sehingga Jokowi sang ‘Janoko’ tidak perlu lagi kesal dan marah-marah. Pertimbangannya, ‘Janoko’ lebih baik jomblo ketimbang stres!
Wani opo ora?
**Erros Djarot - Dikutip sepenuhnya dari laman Watyutink.com
Advertisement