Membaca Ancaman Nuklir Amerika
Amerika kembali mengancam dunia dengan bom nuklir. Padahal China sudah membuat pusing mereka dengan ‘bom kentut’ beracun: COVID-19. Aneh, Amerika sesumbar saja. Mau ngebom pakai ancaman segala. Bom saja beres. Toh akhir dari bom itu kerusakan atau kematian.
Itulah beda Amerika dan China. Kalau Amerika mau berbuat jahat mereka kasih kode atau pamit duluan, tapi China kalau mau jahat ya jahat aja. Taklukkan dulu sasarannya, baru negosiasi. Sedang Amerika ancam dulu, sasarannya keok baru negosiasi.
Mana jahat tuh? Silakan anda nilai sendiri. Sekarang bagaimana dengan efektifitas ancaman itu. Begini, ancaman itu efektif jika ada kewibawaan. Kalau tidak wibawa, mana bisa orang takut dengan ancaman.
Dalam sejarah Amerika tidak semua Presiden Amerika itu pintar. Penilaian ini bukan menurut saya, tapi saya dikasih tahu seorang host top CNN, Larry King. Dia bilang ada Presiden Gerald Ford yang hanya memerintah cuma tiga tahun. Dia sosok yang biasa saja, tak istimewa di mata Larry King. Beda dengan Nixon yang namanya mendunia. Padahal disekitar kekuasaannya banyak sekali yang membencinya.
Makanya monumen Ford itu hanya Museum Ford bersisi tiga di Grand Rapids, Michigan. Sisi tiga itu tanda Ford yang berkuasa hanya selama tiga tahun. Sosok seperti Ford ini pasti tidak berwibawa, apalagi Trump saat ini. Trump hanya mikir bisnisnya sendiri. Ini risiko seorang pengusaha jadi Presiden, otaknya uang, uang dan uang. Tiga kata terakhir itu asli lo, bukan meniru manusia merdeka M. Said Didu yang membuat Opung Luhut marah. Ini asli untuk Bung Trump di Amerika sana.
Jadi ancaman bom nuklir Amerika itu tak akan membuat dunia takut. Sure!! Kalau Amerika main perang ya perang aja. Bom saja itu Beijing dan Shanghai. Itu pusat bos-bos China bertengger. Lumayan untuk mengurangi jumlah penduduk China yang menggunung itu.
Ayo Amerika kalian perang aja. Tentaranya menggigil lama tak perang. Ini kesempatan Amerika kembali menjadi Event Organizer Perang. Sekarang saat yang tepat selagi dunia sedang benci sama China karena Covid 19. Ayo Trump, Kamu bisa!
Selagi Inggris sedang marah, karena ditipu sekian juta dollar dalam pembelian alat2 medis melawan Corona: yang dikirim barang-barang abal-abal. Inggris sekarang marah dan mengancam China mengembalikan uang itu.
Australia juga sedang marah karena Dubes China untuk Australia Cheng mengancam blokade ekonomi untuk Australia. Dunia juga marah dibuat repot karena Covid. Saatnya dunia membenci China.
Masa Amerika tidak bisa membuat China bertekuk lutut seperti Jepang. Ayo Trump mainkan, kamu kan orang gila nomor dunia saat ini!! Dunia akan maklum kok.
Trump dikenal luas sebagai Presiden Amerika yang paling gila harta, gila tahta, dan gila wanita. Untuk melengkapi kesempurnaan kegilaannya dia harus bom China, setidaknya Beijing dan Shanghai hahaha. Seru kali ya. Saya membayangkan akan terjadi perubahan dalam tata dunia baru. Geopolitik baru. Dan wajah segar dunia baru, juga masyarakat dunia yang damai.
Menghitung kekuatan
Apakah Amerika berani mengebom Shanghai dan Beijing? Mari kita berhitung.
Dalam ilmu perang modern, personel itu salah satu kekuatan militer suatu negara. Konon juga menjadi salah satu indikator penilaian dalam survei Global Firepower (GFP) pada tahun 2019 lalu.
Ternyata, negara dengan personel militer aktif terbesar adalah China, yakni mencapai 2,18 juta jiwa. Sedang personel cadangannya sebanyak 510 ribu jiwa.
Di urutan kedua, India dengan personel aktif 1,36 juta jiwa dan cadangan personel 2,1 juta jiwa.
Amerika berapa coba? Amerika Serikat (AS) hanya memiliki 1,28 juta personil militer aktif berada di urutan ketiga. Adapun cadangan personel sebanyak 860 ribu jiwa.
Artinya secara personel militer, Amerika kalah jauh dari China. Soal kehandalan tentaranya dan ketersediaan amunisinya bagaimana? Data soal ini masih perlu dicari dan dicermati validitasnya. Yang jelas dalam soal perang modern Amerika sangat terlatih sebagai event organizer perang.
Dengan perang, Amerika dapat memajukan bisnis persenjataan mereka. Duit pun akan mengalir ke negara yang dikuasai kaum Yahudi dan Geng bisnis Rotchields itu.
Apalagi jika mampu menyeret India dalam perang melawan China. Bisa direbus China itu. Semoga Trump tidak mengajak Jokowi untuk ikut perang, karena saya pastikan orang Solo itu tidak suka berperang.
Fathorrahman Fadli
(Direktur Eksekutif Indonesia Development Research/IDR, Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang)
Advertisement