Memahami Kemesraan Islam, Iman dan Ihsan
Pemahaman iman Islam dan ihsan, insyaallah tidak asing. Tetapi kemesraan dan kesetaraannya insyaAllah menjadi menarik. Idealnya orang disebut mukmin bila sudah mengimani terhadap 6 Rukun Iman.
Seseorang disebut Muslim ketika sudah menyerahkan diri untuk menerima semua syariat Allah SWT sebagai tuntunan hidup. Sedangkan orang disebut muhsin apabila dengan berbasis mu’min muslim sudah bisa menghiasi sikap hidup menuju akhlaqul karimah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Peningkatan level kemulyaan manusia adalah berbasis pada level ketaqwaan. Indikator utama level ketaqwaan adalah terletak pada seberapa jauh mampu menghindari perbuatan keji dan mungkar.
Kemesraan dan kesetaraan
Pada tataran peningkatan takwa ini kita harus membuat kemesraan dan kesetaraan dalam tiga komponen iman islam dan ihsan.
Mesra dalam arti akrab dekat dan erat antara ketiga komponen tersebut. Ada saling keterikatan di antara ketiganya. Ketika salah satu ditinggal maka akan terjadi ketimpangan.
Contoh, bila iman lemah sedangkan yang kuat hanya syariat (aturan) dan kesantunan (ihsan), maka yang muncul adalah kepura-puraan atau bahkan kemunafikan.
Apabila syariat lemah dan yang kuat hanya iman dan akhlaknya, maka yang terjadi adalah penciptaan aturan sendiri dan kemudian ujung-ujungnya meremehkan syariat bahkan bisa fasiq yakni tidak menerima bagian-bagian tertentu dari syariat.
Sedangkan apabila ihsan atau akhlaq lemah dan yang kuat hanya iman dan syariat, maka yang terjadi adalah tidak santun dan akan mengarah intoleran bahkan bisa menghalalkan darah saudara sesama muslim. Na’udzu billah min dzalik.
Kemudian kontek kesetaraan adalah terletak pada bagaimana meningkatkan ketiga komponen iman islam dan ihsan tersebut, seyogyanya dilakukan secara simultan atau bersamaan.
Contoh yang sering kita rasakan adalah, ketika kita mampu meningkatkan ketaatan yang berwujud amal sholeh, maka hal itu sesungguhnya yang kita rasakan adalah sebagai buah dari peningkatan iman.
Juga kejadian sebaliknya, ketika kita bermaksiat maka hakekatnya itu adalah hasil dari penurunan iman.
Alhasil mari kita selalu berupaya meningkatkan performance atau sikap kita sebagai wujud perbaikan ihsan atau akhlak yang berbasis pada perbaikan iman dan islam kita. Semoga bisa demikian Allahumma aamiin.
Semoga manfaat barokah slamet aamiin.
Mekkah, 18 Ramadan 1446 18 Maret 2025.
Prof Machmud Mustain, Guru Besar Institut 10 Nopember Surabaya (ITS).
Advertisement