Memahami Kehidupan Kanjeng Rasul, Ini Ngaji Khusus Ramadhan di Pesantren
"Beda dengan manusia pada umumnya yang terkadang hanya punya satu atau dua kelebihan, ada yang hanya punya kelebihan sifat pemberani, ada yang hanya punya sifat Zuhud, cerdas, pinter, bijaksana dll." - KH Fawaid Abdullah.
Menjadi tradisi di pesantren, setiap Ramadhan berlangsung ngaji khusus. Di Pesantren Tebuireng, misalnya, sejak zaman Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, terdapat ngaji kitab hadits Shahih Bukhari-Muslim. Demikian pula pesantren lainnya di Indonesia.
Berikut aktivitas mengaji kitab IRSYAAD AL MUKMININ, Kitab karya Allahyarham Gus Ishom Tebuireng yang Legendaris. Sedang Qariul Kitab Oleh Fawaid Abdullah, Pengasuh Pesantren Bumi Arrahman Al Waqi'ah, Pesantren Aula Kombangan Bangkalan Madura. Berikut bagian perjuangan kehidupan Rasulullah:
Sirah "Nabawiyah" Rasulullah SAW.
Bagian terpenting dari perjalanan hidup Baginda Nabi adalah bahwa beliau sosok yang begitu sangat paripurna dan sempurna. Sampai-sampai untuk seseorang itu supaya bahagia dan memperoleh jalan yang selamat dunia akhirat maka harus menempuh jalan yang ditempuh oleh Baginda Nabi. Karena didalam pribadi Nabi ada Uswah Hasanah "tauladan yang baik" bagi ummat nya. Akhlaq Nabi adalah Al Qur'an, pribadi Nabi adalah Al Qur'an itu sendiri. Maka siapapun yang mengikuti jalan ini maka pasti seseorang itu akan mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Inilah yang membedakan Baginda Nabi dengan manusia yang lain pada umumnya.
Allah SWT saja memuji Akhlaq Baginda Nabi. Bentuk pujian Allah itu ditegaskan didalam Firman-Nya yang berbunyi :
"Wa Innaka La'alaa Khuluqin 'Adhiem" Artinya : "Dan Sungguh didalam diri (Muhammad) terdapat Akhlaq yang Agung". Lha Allah saja memuji Baginda Nabi. Apalagi kita sebagai ummat-Nya ini ?. Pujian Allah ini dinamakan masuk kategori pujian Qadim 'alal Hudust. Allah memuji Makhluq-Nya.
Beda dengan manusia pada umumnya yang terkadang hanya punya satu atau dua kelebihan, ada yang hanya punya kelebihan sifat pemberani, ada yang hanya punya sifat Zuhud, cerdas, pinter, bijaksana dll. Jarang sekali bahkan hampir tidak ada seseorang itu mempunyai banyak kelebihan apalagi sempurna semuanya. Tetapi Baginda Nabi SAW itu memiliki semua sifat2 semua itu. Sosok Baginda Nabi itu sempurna dan paripurna.
Contoh lain, kita bisa melihat dan membaca bagaimana ketika Baginda Nabi itu bergaul dan memperlakukan anak yatim dan kaum miskin. Allah berfirman : "Fa Ammal Yatiema Fala Taqhar, wa Ammas-Saa-ila fala Tanhar, wa amma bini'mati Rabbika fa Haddist", artinya : "Dan kepada anak yatim maka janganlah membentak (berkata-kata kasar), dan kepada orang yang meminta-minta (mengemis) maka janganlah membentak, dan adapun nikmat dari Tuhan-mu maka ceritakanlah".
Begitulah Akhlaq Rasulullah yang luar biasa lemah lembut khususnya kepada anak yatim, beliau sangat menjaga hak nya anak yatim.
Baginda Nabi tidak pernah sedikitpun berkata2 kasar apalagi misuh-misuh. Karena, Nabi memang lahir sudah dalam keadaan yatim, dua bulan sebelum beliau lahir sudah ditinggal wafat oleh Ayah nya. Beliau tumbuh dalam masa2 susah dan faqir didalam asuhan ibunda nya. Ketika umur 6 tahun beliau sudah piatu ditinggal wafat ibunda nya.
Pribadi inilah yang membuat Baginda Nabi ditempa dan menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan sempurna.
Memang terkadang, untuk membentuk sebuah pribadi yang kuat dan tangguh itu kadang2 seseorang itu harus keluar dari zona nyaman.
Harus merasakan bagaimana belajar susah, belajar melarat, belajar lapar, belajar tidak punya apa2. Karena dari situasi dan kondisi yang seperti inilah jiwa dan kepribadian seseorang itu ditempa menjadi pribadi yang strong, pribadi yang kuat dan tangguh tetapi tetap tawadlu'.
Contoh yang lain, Rasulullah itu juga tidak pernah membentak-bentak dan tidak pernah berkata-kata kasar kepada orang yang meminta-minta atau pengemis. Baginda Nabi selalu memberi dengan tangan nya sendiri. Tidak pernah mewakilkan nya. Beliau begitu sangat dermawan apalagi ketika bulan Ramadlan tiba. Pernah suatu saat Baginda Nabi mendapat shadaqah sebanyak 90 ribu dirham, uang sebanyak itu lalu beliau taruk diatas tikar lalu beliau bagi-bagikan sendiri dengan tangannya sendiri kepada mereka yang membutuhkannya. Sebegitunya Akhlaq beliau Baginda Nabi.
Baginda Nabi juga selalu bertahaddust bin Ni'mah, menceritakan akan nikmat yang didapat. Boleh2 saja, kita misalnya mendapat nikmat A,B,C dst..dst.. lalu kita ceritakan sebagai bentuk syukur kepada Allah akan limpahan nikmat yang kita terima tersebut. Beda dengan kalau memberi, kalau memberi (bisa jadi) itu dianggap riya atau pamer. Tapi kalau kita menerima atau mendapat nikmat maka sebagai bentuk rasa senang dan gembira apalagi tujuannya supaya dapat dicontoh oleh yang lain maka sah-sah saja, apalagi berkaitan kepentingan dan kemaslahatan umum misalnya Masjid, Pondok Pesantren, Pendidikan dan Sosial maka ber-Tahadduts bin Nikmah itu sangat dianjurkan.
Wallahu A'lam bis Shawab. (adi)
Advertisement