Memahami Ismul A'dzam, Nama Teragung Allah Swt (1)
"Salah satu kejahilan (ignorance) manusia akan Islam adalah persangkaan mereka jika konsep Tuhan dalam Islam itu adalah konsep Tuhan yang keras dan bengis. Seolah Tuhan dalam Islam itu tidak mengenal cinta dan kasih."
oleh: Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation, New York, Amerika Serikat.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Ramadhan terbagi ke dalam tiga bahagian, yaitu sepuluh malam pertama adalah Rahmah, sepuluh malam kedua adalah magfirah, dan sepuluh malam terakhir adalah pembebasan dari api neraka.
Terlepas dari kesahihan Hadits itu, kontennya jelas sangat justified (mendapat pembenaran) dari segi subsatansi. Di bulan Ramadhan inilah masanya kita tidak saja mencari “rahmah”. Tapi tidak kalah pentingnya membangun rahmah (kasih sayang) di antara kita sesama umat, baik seagama maupun tidak seagama (tapi tetap semanusia).
Kasih sayang atau dalam bahasa agamanya “rahmah” adalah dasar dari segala “qadar” (keputusan) Ilahi. Alam semesta diciptakan, langit dan bumi, dan segala yang ada di antara keduanya tercipta di atas dasar kasih dan sayang Allah. Wujud kehidupan makhluk tanpa kecuali terbangun di atas dasar “Rahmah” Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Realita besar inilah yang kemudian menjadikan Asma Allah yang paling sering terulang setelah Nama Teragung (Al-ism al-A’dzam), ALLAH, adalah AsmaNya yang bermakna kasih sayang. Kasih sayang Allah inilah yang menjadi bagian karakternya yang di ekspresikan dalam dua bentuk, dan diulang di setiap awal surah di Kitab Sucinya, bismillahir Rahmanir Rahim. Kecuali tentunya di surah kesembilan dari Al-Quran (At-Taubah).
Bagi seorang Mukmin, kita sadari betul bahwa agama ini dari awal hingga akhir, from A to Z, semuanya terbangun di atas rahmatNya. Kita mendapat hidayahNya, bukan karena keilmuan kita semata. Bukan karena kehebatan usaha kita semata. Tapi yang tidak kalah pentingnya karena kita disayang Allah, karena Rahmah Allah juga.
Ibadah-ibadah yang kita lakukan juga, semuanya dimungnkinkan karena Rahmah Allah. Kita sholat karena Hidayah Allah. Hidayah Allah itu Mungkin karena rahmatNya. Karenanya Al-Quran itu salah satunya memang “rohmah” Allah bagi manusia.
Bahkan pada akhirnya nanti tiada seorangpun yang akan masuk syurga Allah kecuali karena rahmahNya. Bahkan Rasulullah SAW sekalipun tidak akan masuk syurga Allah kecuali Allah merahmatinya.
Suatu ketika Rasulullah SAW menyampaikan kepada para sahabatnya: “tidak satu orangpun yang akan masuk syurga kecuali dengan kasih sayang Allah”. Sahabat bertanya: “engkaupun ya Rasul?”. Rasulullah SAW menjawab: “saya juga kalau bukan karena Rahmah Allah tidak akan masuk syurga”.
Demikianlah urgensi rahmah (kasih sayang) Allah SWT. Dan karenanya rahmah adalah salah satu hal terpenting yang kita “mujahadah” (berjuang) untuk medapatkannya di bulan ini. Karena ketika rahmah telah kita dapatkan, maka semua sudah ada garansinya (jaminannya).
Salah satu kejahilan (ignorance) manusia akan Islam adalah persangkaan mereka jika konsep Tuhan dalam Islam itu adalah konsep Tuhan yang keras dan bengis. Seolah Tuhan dalam Islam itu tidak mengenal cinta dan kasih.
Demikian pula tuduhan kepada Rasul Allah dengan kekerasan dan kebencian. Seolah Muhammad SAW itu adalah sosok yang menakutkan karena kesangaran dan kekasarannya akhlak dan prilakunya.
Tidak lupa bahkan umat ini dengan dukungan media dibangun persepsi yang buruk bahwa umat ini adalah umat pembenci dan senang membunuh dan perang. Umat yang kesukannya melakukan pengrusakan dan pembunuhan kepada siapa yang dianggap tidak sejalan dalam akidah dan pemahaman.
Tapi benarkah demikian? Mari kita lihat realitanya.. (bersambung)