Memahami Alquran secara Tekstual, Begini Lucunya
Alquran itu ‘kompleks.’ Untuk memahaminya, dibutuhkan banyak perangkat. Ada tafsir, asbabun nuzul (sebab turunya), ushul fiqih, balaghah, dan lainnya. Tidak cukup memahami Alquran hanya berdasarkan terjemahan. Malah, memahami suatu ayat Alquran secara tesktual bisa-bisa membuat seseorang ‘keblinger’ dan jauh dari apa yang dimaksudkan ayat tersebut.
Dikisahkan, ada seorang Badui bernama Mujrim –dalam bahasa Arab, Mujrim bermakna pelaku kriminal atau pendosa. Suatu ketika, Mujrim sedang melaksanakan shalat Subuh di sebuah masjid. Ia berada di barisan paling depan, belakang imam tepat. Sejak imam takbiratul ihram hingga selesai membaca Al-Fatihah, Mujrim baik-baik saja.
Keadaan tiba-tiba berubah manakala sang imam membaca Surat al-Mursalah, usai membaca Surat Al-Fatihah. Ketika sang imam sampai pada ayat ke-16: Alam nuhlikil awwalin (Bukankah telah Kami binasakan orang-orang terdahulu?). Mendengar ayat itu, Mujrim langsung mundur ke barisan paling belakang. Dalam pemahaman Mujrim, ‘orang-orang terdahulu’ dalam ayat tersebut adalah orang yang berada dalam barisan pertama shalat, dirinya.
Ketika sang imam membaca ayat ke-17; Tsumma nutbi’uhumul akhirin (Lalu Kami susulkan (azab Kami atas) orang-orang yang datang belakangan). Lagi-lagi, karena memahami ayat tersebut secara tekstual, apa adanya, maka Mujrim berpindah lagi. Ia maju satu shaf, berdiri di barisan tengah.
Tidak sampai di situ, ulah Mujrim ‘menjadi-jadi’ manakala imam sampai pada ayat ke-18 Surat al-Mursalat. Imam membaca Kadzalika naf’alu bil mujrimin (Demikianlah Kami perlakukan para pendosa (mujrim)).
Mendengar ayat yang dibacakan imam itu, si Badui Mujrim langsung keluar dari barisan shalat dan berlari meninggalkan masjid seketika itu juga. Tidak lain, dengan memahami ayat Alquran secara tekstual, Mujrim mengira bahwa dirinyanya-lah yang dicari-cari untuk dibinasakan atau dibunuh. (adi)
Ketika sang imam membaca ayat ke-17; Tsumma nutbi’uhumul akhirin (Lalu Kami susulkan (azab Kami atas) orang-orang yang datang belakangan). Lagi-lagi, karena memahami ayat tersebut secara tekstual, apa adanya, maka Mujrim berpindah lagi. Ia maju satu shaf, berdiri di barisan tengah.