Memahami Akar-Akar Chaos
oleh: KH Husein Muhammad
Pengasuh Pondok Pesantren Dar el-Fikri, Arjawinangun Cirebon. Ulama pesantren, pegiat kesetaraan jender.
Hukum dibuat dan dirumuskan untuk mewujudkan etika kemanusiaan universal (akhlaq karimah). Jika ia bertentangan maka ia harus dibatalkan. Jika tidak, ia berpotensi menciptakan chaos (kekacauan sosial).
Akar-akar Chaos
Semakin mendekati hari H (Pilpres, 14 Februari 2024) yang menentukan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, dunia manusia Indonesia, diliputi suasana hati dan pikiran tak menentu, gundah gulana, galau, kacau, bagai manusia stres, bergejala ODGJ.
Sebagian membayangkan situasi buruk, konflik-konflik yang akan panjang. Na'udzubillah.
Seorang teman bertanya: Bagaimana hal itu terjadi di bumi manusia yang beriman kepada Tuhan? Di bumi ini ada ribuan tempat menyembah Dia, yang menyebar di pelosok bumi negeri.
Ada ribuan lembaga pendidikan keagamaan. Kata-kata "Ittaqullah" (Bertakwalah/ takutlah kepada Allah), selalu disampaikan dan didengungkan di mimbar-mimbar masjid di mana-mana.
Ceramah agama dan spiritual tak henti-henti diselenggarakan dan dan dihadiri puluhan ribu orang, bahkan jutaan. Doa-doa keselamatan dan kedamaian bangsa dipanjatkan di mana-mana, bahkan di tempat-tempat yang dipandang atau diyakini "Mustajab".
Aku mengingat kembali perbincangan para intelektual klasik. Mereka menyimpulkan beberapa faktor utama konflik-konflik antarmanusia dalam sejarah.
1. Perebutan Kekuasaan Politik dalam rangka penguasaan atas segala. Ini berlangsung sepanjang zaman dan di segala tempat.
2. Paham Materialisme-pragmatis yang menyebar luas. Ini adalah musuh sebenarnya dari agama-agama dan etika kemanusiaan.
3. Kebodohan yang mendominasi oknum-oknum penguasa.
5. Keyakinan penguasa yang tidak kokoh, ragu-ragu atas sistem hidup.
6. Kerakusan
7. Egoisme dan Arogansi.
Nah. Agama tampaknya tak mampu dan tak berhasil mengatasi kondisi ini. Ini sebuah tantangan bagi para pemimpin agama.
Lirik Keprihatinan
Oh Tuhan. Hentikan. Hentikan.
Anugerahi kami Kedamaian
Aku melihat, manusia hari ini dan mungkin beberapa waktu yang akan datang dihadapkan pada proses penyeragaman, penunggalan eksistensi, oleh cengkeraman tangan-tangan abstrak dan misterius.
Kesejatian diri yang unik pada masing-masing manusia sebagai anugerah Tuhan akan terenggut pelan-pelan dan lama-lama akan menghilang.
Keindahan semesta akan rusak dan lenyap. Dan mereka akan melihat dirinya sebagai orang asing dan tersisihkan. Situasi ini akan melahirkan frustasi-frustasi yang massive. Oh, Tuhan, hentikan, hentikan.
Anugerahi bangsa kami kedamaian.
Bertanyalah kepada Hati Nuranimu
Kegalauan, kebingungan dan kecemasan masih terus menghantui publik. Aksi-aksi dan hiruk-pikuk celoteh bernuansa politik makin intens.
Sejumlah teman bertanya: kita memilih siapa?. Paslon angka berapa. ?.
Aku mengatakan sebisa dan sepengetahuanku : Sistem Demokrasi memberi ruang kepada setiap individu untuk memilih siapapun yang dikehendaki. Tak bokeh ada paksaan, mengancam dan atau, melakukan kekerasan atas nama apapun. Jika tetap kesulitan, ragu, berdebar-debar, maka bertanyalah kepada suara hatimu, dengarkan dan ikuti. Jangan pedulikan bujukrayu orang lain.
Suara hati itu otentik.
Nabi pernah ditanya :
ما البر.؟. قال : حسن الخلق.
apakah kebaikan itu?. Beliau menjawab: Akhlak mulia. Budipekerti luhur. Ialah Etika sosial kemanusiaan.
Wallahu A'lam.
Lippo Karawaci, Tangerang. 08.02.2024-HM
Advertisement