Jangan Malu Berkebaya, Kemendikbud Perjuangkan Kebaya ke UNESCO
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengapresiasi semangat Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia mengkampanyekan gerakan berkebaya. Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengapresiasi kampanye Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia untuk mengajak perempuan Indonesia berkebaya.
"Gerakan ini bisa menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk memperoleh pengakuan UNESCO bahwa kebaya adalah warisan budaya asli Indonesia," kata Hilmar kepada ngopibareng.id, Senin 22 Juni 2019.
Dia lalu mencotohkan, sebelum UNESCO memberikan pengakuan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia, juga diawali dengan gerakan memakai batik pada hari tertentu sebagai pakaian formal.
"Alhamdulillah batik sekarang sudah mendunia. Bahkan dalam acara kenegaraan banyak tamu yang bangga memakai batik, meskipun bukan orang Indonesia. Saya berharap gerakan ini juga akan memperoleh pengakuan dari UNESCO bahwa kebaya adalah warisan budaya asli Indonesia. Pengakuan ini penting agar kebaya tidak diklaim milik negara lain," tutur Hilmar.
Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Rahmi Hidayati menjelaskan, kampanye gerakan berkebaya yang dilakukan sebagai upaya mengembalikan semangat kebudayaan Indonesia dan mencintai Indonesia dengan berkebaya.
Kominitas ini ingin mendorong pemerintah untuk menjadikan hari Selasa berkebaya. "Generasi muda indonesia jangan meninggalkan kebaya sebagai bagian dari warisan leluhur," ujar Rahmi.
Dalam acara Gerakan Indonesia Berkebaya yang digagas komunitas ini, selain ingin mendorong hari Selasa berkebaya, juga diisi dengan diskusi yang dihadiri langsung oleh para pakar kebaya sekaligus perancang busana.
"Untuk menggaungkan kebaya sebagai busana harian, Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia dan Universitas Pelita Harapan mencanangkan gerakan Indonesia Berkebaya. Gerakan ini mengajak masyarakat Indonesia memakai kebaya untuk beraktivitas sehari-hari, mulai dari ke pasar, bekerja, hingga nongkrong bersama kawan-kawan," kata Rahmi saat mengkampanyekan gerakan berkebaya, dengan memanfaatkan car free day (CFD) di sepanjang Jalan Sudirman hingga bundaran Hotel Indonesia Jl Thamrin Jakarta, pada Minggu 21 Juli 2019.
Acara yang diikuti kaum milenial ini banyak menarik perhatian. Warga juga banyak yang berswa foto. "Jangan lupa, hari Selasa berkebaya ya Bu, bapak-bapak minta tolong istrinya agar dianjurkan berkebaya ya," pesan Rahmi.
Dia tak hanya kampanye, tapi kebaya sudah dipakai untuk kegiatan sehari-hari. Rahmi bahkan memakai kebaya untuk naik gunung.
"Kebaya merupakan busana yang memiliki nilai sejarah panjang, punya andil dalam proses kemerdekaan. Mengapa enggak dipakai? Kenapa enggak diangkat jadi pakaian identitas, seperti pakaian sari di India dan kimono dari Jepang, saya ingin kebaya jadi seperti itu," kata Rahmi.
"Saya sudah pakai kebaya tiap hari, hanya mandi saja tidak saya pakai. Naik gunung pun saya pakai. Tidak sulit, asal tahu cara memakai kainnya, ayo berkebaya," ajak mantan wartawan Istana Negara ini.