Melihat Tradisi Tolak Balak Warga Tionghoa Blora
Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Blora menggelar tradisi ritual Ciswak atau tolak balak (ruwatan) di Klenteng Hok Tik Bio. Ritual ini diutamakan bagi umat yang berlawanan dengan shio macan air. Tujuannya supaya dalam tahun ini tidak mendapatkan bencana atau kesulitan yang berarti.
Tradisi ritual Ciswak dipimpin oleh Suhu Vincent Liu diikuti komunitas warga Tionghoa dan masyarakat umum. Ketua Yayasan TITD Klenteng Hok Tik Bio Budilistijo Suboko menyampaikan, ritual Ciswak digelar bersamaan dengan perayaan hari She Jit atau ulang tahun Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin.
Agenda ini diselenggarakan selama dua hari, mula Kamis 3 sampai Jumat 4 Februari 2022.
“Jadi acara ini dalam rangka She Jit atau ulang tahun Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin tahun 2573. Bersamaan dengan ulang tahun Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin, kita mengadakan upacara Ciswak atau upacara tolak balak, terutama ada umat yang shio-nya itu zonk atau berlawanan dengan shio macan air, sehingga kita mengadakan Ciswak atau Kias supaya dalam tahun ini tidak mendapatkan bencana atau kesulitan yang berarti,” jelas Suboko.
Walaupun sudah di kias atau di ciswak, kata Suboko, bukan berarti akan hapus sama sekali. Melainkan bisa dimohonkan supaya halangan-halangan itu lebih ringan.
Disampaikan, karena merebaknya varian baru Covid-19, maka yang biasanya digelar pertunjukan wayang potehi, untuk tahun ini tidak diselenggarakan.
“Seharusnya, memang direncanakan ada pertunjukan wayang potehi, tetapi sebulan lalu merebak Omicron, sehingga wayang potehi kita tunda. Mudah-mudahan di acara selanjutnya sudah bisa menghadirkan wayang potehi,” jelas Suboko.
Proses Ciswak dilakukan dengan sembahyang dan berdoa kepada sejumlah Dewa yang ada di klenteng. Tapi, yang diutamanakan adalah berdoa pada Dewa tuan rumahnya yang berada di altar tengah yaitu Kongco Hok Tek Tjing Sin.
“Yang Mulia Kongco Hok Tek Tjing Sin adalah malaikat bumi. Kongco ini adalah penguasa bumi yang memberi berkah hidup kepada seluruh umat manusia. Karena manusia itu hidup, semua berasal dari bumi,” ujar Suboko.
Dengan tradisi Ciswak ini bukan hanya bagi kalangan orangtua, tap juga bagi kalangan anak-anak muda. Mereka pun melaksanakan tradisi ini secara khusuk, sehingga apa yang menjadi harapan mereka bisa dikabulkan.
“Ini berlaku untuk masyarakat umum, tetapi berlaku pembatasan peserta dan menerapkan protokol,kesehatan Covid-19. Kami bersama rekan dan keluarga tadi sudah mengikuti Ciswak,” kata Suboko.
Usai menggelar ritual, Suhu Vincent, menyampaikan, melalui upacara tradisi Ciswak di Klenteng Hok Tik Bio Blora diharapkan membawa hal yang positif bagi kita semunya.
“Harapannya, tentu harapan yang positif. Karena, kita selain mengajak warga masyarakat kota Blora untuk mempertahankan, memelihara budaya dari leluhur, serta hari ini kita mengadakan ritual tolak balak atau Ciswak, bagi umat atau masyarakat yang mengikuti. Kebetulan di tahun macan air ini, ada hitungan zonk atau tidak keberuntungan,” terangnya.
Jadi, menurut Suhu Vincent, dilakukan Ciswak, bagi warga yang mungkin kurang beruntung di tahun macan air. Dirinya mengaku intens melaksanakan acara di Klenteng Hok Tik Bio Blora, karena selain tugas melayani dimana pun dan kemana pun, kebetulan dirinya juga asli Blora.
“Apa pun itu yang bisa dijadikan agenda tahunan di Klenteng Hok Tik Bio Blora ini, kami akan bantu untuk menyelesaikan atau melaksanakan tugas-tugas selanjutnya,” kata Suhu Vincent.
Kepada generasi muda, Suhu Vincent mengajak supaya merapatkan barisan, karena ini merupakan budaya leluhur yang harus dilestarikan.
“Ini merupakan salah satu PR bagi kita semuanya, karena posisinya di Klenteng Hok Tik Bio Blora ini kita lihat anggotanya sudah mulai berkurang dan semua rata-rata sudah berumur. Harapan saya pribadi, khususnya untuk masyarakat Blora, anak-anak mudanya kalau bisa merapatkan barisan, karena ini adalah budaya leluhur kita, siapa pun boleh masuk ke tempat ini, menjaga dan melestarikannya ke generasi-generasi berikutnya,” ujarnya.
Sementara itu Lina, salah satu warga keturunan Tionghoa mengaku setiap ada ritual Ciswak, mengikutinya. Selain dirinya pribadi, ritual tolak balak juga diperuntukkan kepada keluarga serta anaknya.
“Ini tadi bawa baju anak dan saya, minta stempel dari Suhu. Baju ini nanti, misalnya kalau lagi sakit, karena ada stempel, maka baju itu dipakai pada waktu malam atau siang hari. Karena ini dipercaya untuk pengobatan. Harapannya kita semua sehat, dan Covid-19 segera berakhir,” kata Lina.