Melihat Satu-satunya Bengkel Senjata Tajam yang Bertahan di Kampung Pande Besi Mojokerto
Pande besi di Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, menjadi satu-satunya bengkel produksi aneka senjata tajam tradisional yang bertahan hingga kini. Selama lebih dari lima dekade, ia setia melanjutkan tradisi pande besi yang diwariskan oleh leluhurnya.
Bisnis senjata tajam ini dikelola Sulkan 66 tahun. Sulkan mulai belajar menempa besi pada tahun 1971, saat usianya baru 13 tahun. Di usianya yang senja, Sulkan masih bersemangat bekerja, menjaga kualitas dan teknik pande besi yang telah ada sejak kakek dan ayahnya.
Ia belajar dari para pande besi di Dusun Jatisumber, termasuk ayahnya yang juga seorang pande besi. Pada waktu itu, sekitar 50 para pande besi di dusun tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak yang beralih menjadi pemahat patung karena pendapatan yang lebih besar.
"Ini keterampilan yang turun-temurun dari nenek moyang. Dulu kakek dan ayah saya juga pande besi. Setelah mereka meninggal, saya merasa lebih baik melanjutkan daripada harus cari kerjaan ke sana kemari," tuturnya kepada Ngopibareng.id, Sabtu 11 Januari 2025.
Sebagai satu-satunya pande besi yang tersisa di Desa Watesumpak, konon saat tahun 1970-1990an, desa ini terkenal sebagai pusat pande besi, dengan produk yang tersebar ke Jawa Timur, Kalimantan, hingga Sumatera.
Sulkan memegang teguh prinsip untuk mempertahankan kualitas dan teknik produksi tradisional. Di bengkel sederhana miliknya, ia ditemani oleh adik kandungnya, Suyopo 55 tahun, dan keponakannya, Jumain 35 tahun. Mereka bahu-membahu menempa baja dan besi menjadi peralatan pertanian seperti sabit, parang, cangkul, dan pisau.
Keunggulan produk Sulkan terletak pada teknik peleburan besi dan baja yang dilakukannya. "Kami melebur besi dan baja, sehingga alat yang dihasilkan lebih tajam dan awet. Banyak pande besi lain yang hanya membentuk baja, sehingga kualitasnya kurang," jelas Sulkan.
Usia semakin senja, namun Sulkan tetap semangat bekerja dari pagi hingga sore di bengkel (08.00 sampai 14.00 WIB), sebelum merawat sawah. Ia berharap keponakannya, Jumain, bisa melanjutkan keterampilannya.
"Harapannya, keponakan saya yang meneruskan. Bapaknya dulu ikut saya, tapi sudah meninggal," ungkapnya, berharap agar tradisi pande besi ini tidak hilang.
Di masa lalu, Desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto, dikenal sebagai pusat pengrajin pande besi. Profesi tersebut kini hampir punah, meninggalkan jejak kisah dan mitos, salah satunya legenda Mpu Supo yang dipercaya membawa malapetaka bagi yang menyaingi keahliannya.
Di tengah pemakaman umum Dusun Watesumpak, terdapat petilasan Mpu Supo, maestro pande besi abad ke-14 era Majapahit, yang dipercaya membawa mistik dan kekuatan magis. Konon, keris pusaka ciptaannya sangat dihormati, dan petilasan ini menjadi tempat doa setiap bulan.
Advertisement