Melihat Kehidupan Dokter Lebih Dekat
Resensi Cinta, Tawa, dan Luka
oleh Yuliani Rosyadi
Judul Buku: Cinta, Tawa, dan Luka
Hidup Ini Indah, Beib
Seri: Kisah-Kisah Inspiratif Dokter Indonesia
Ukuran: 13 x 19 cm
Jumlah halaman: xviii + 238 halaman
Penerbit: Padmedia
Tahun terbit:
Cetakan pertama, Februari 2021
Cetakan kedua, Maret 2021
Masya Allah! Tak henti saya berdecak kagum dengan kisah para dokter dalam buku ini. Cerita-ceritanya membuat saya seolah menonton sebuah film thriller yang mengasyikkan. Sungguh salut pada para dokter yang bisa menuliskan pengalaman dan pemikirannya menjadi sebuah kisah inspiratif yang enak dibaca.
Dokter Tidak Seperti yang Dibayangkan
Masyarakat awam kebanyakan cenderung menilai profesi dokter adalah sebuah karir penuh prestise dan eksklusif, dengan materi berkelimpahan. Sebagian kita menjadi merasa segan dan tidak bisa mendekat pada kehidupan mereka yang berprofesi sebagai dokter. Tidak banyak yang tahu, betapa profesi tersebut juga tak luput dari keterbatasan. Pendapatan finansial, misalnya.
Selain itu, masyarakat awam seringnya memandang dan menyikapi berbagai kasus atau berita tentang dunia kedokteran atau medis dari kaca mata pasien saja. Nah, dengan membaca buku Cinta, Tawa, dan Luka ini, kita bisa belajar memahami bagaimana kehidupan dan pemikiran para dokter ini sebenarnya. Bagaimanapun, mereka adalah manusia biasa juga butuh pertolongan.
Seperti drg. Aulia Rizqi Nurdiana, yang pernah 'sekarat' jiwanya. Ada juga kelucuan dr. Elta Diah Pasmanasari, Sp.S, MSi, Med yang terus berusaha memahami bahasa masyarakat tempatnya bertugas, ditambah dengan beberapa keusilan yang dilakukan.
Kisah-Kisah yang Seru dan "Menyeramkan"
Di mana kesan thriller-nya? Tenang, silahkan saja baca kisah perjuangan dr. Bani Zakiyah, yang mempunyai pasien dengan luka lebar di kepala sehingga bisa terlihat denyut otaknya, tetapi tetap bekerja dan tak kunjung bisa mendapatkan pengobatan yang layak. Atau kisah dr. Nurul Fathoni, M Kes, AAk. tentang anak muda yang harus diamputasi kakinya.
Masih ada juga kisah dokter-dokter lain yang tidak kalah menarik untuk dibaca. Jangan heran jika nanti akan dibuat mengernyit jijik, takut, geram, terharu bahkan tertawa. Benar-benar seperti judulnya, buku ini bisa merangkum dan menghadirkan cinta, tawa juga luka secara bersamaan dalam cerita yang mengalir dan tidak membosankan.
Buku ini menambah wawasan tentang berbagai istilah dunia medis, berbagai budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Juga bisa sebagai bahan intropeksi diri agar lebih banyak bersyukur dengan menghargai hidup dan tidak mudah menyerah, sebab akan selalu ada harapan selama nyawa masih menyatu di badan. Lebih banyak bersyukur dengan menghargai hidup dan banyak berbuat baik, sebelum kita berpulang ke hadapan Tuhan.
Tentang Buku Cinta, Tawa, dan Luka
Adakah kekurangan dalam buku ini? Tentu saja ada, tetapi tidak begitu signifikan. Contohnya, kata pengantar penerbit yang agak berbelit-belit. Ibarat sebuah pertunjukan, openingnya terlalu banyak spoiler. Sebenarnya tidak perlu, toh nanti juga akan saya baca. Kecuali itu untuk bahan resensi di mana pembaca belum punya buku tersebut.
Ada satu judul cerita dokter yang terlewat tidak tertulis dalam daftar isi dan penulisan kata tunjuk rangkap dalam satu kalimat. Dari segi pemaparan kisah, ada tulisan satu-dua dokter yang kurang 'renyah'. Namun, ini tidak mengurangi isi dan cerita dari buku ini sendiri.
Secara keseluruhan, buku ini sangat layak untuk jadi tambahan koleksi pribadi maupun perpustakaan umum. Di dalamnya begitu banyak hikmah pelajaran yang bisa kita ambil untuk menjalani kehidupan. Bisa juga jadi tambahan bahan pertimbangan bagi anak, teman, kerabat atau siapa pun yang ingin berprofesi sebagai seorang dokter. Sekaligus sebagai salah satu bentuk apresiasi pada para dokter dan nakes yang selalu semangat berjuang di jalannya.
Terakhir, selamat dan terima kasih untuk semua dokter yang sudah berbagi pengalaman dan pemahaman melalui buku ini. Semoga selalu menginspirasi dan terus mengabdi dengan hati.
editor : WE
Advertisement