Kaligrafi Karya Warga Binaan Lapas Banyuwangi
Enam orang pria berbaju biru tampak sibuk memahat lembaran kayu di sebuah ruangan. Mereka asyik memahat mengikuti sketsa yang ada di lembaran kayu tersebut. Di antara mereka ada yang hanya sibuk menggosok kayu tersebut dengan amplas. Dari pahatan-pahatan itu mulai tampak pola yang menghasilkan seni tulisan Arab yang membentuk kaligrafi.
Orang-orang berbaju biru ini merupakan narapidana Lapas Kelas IIA Banyuwangi. Mereka biasa dipanggil Warga Binaan. Membuat kaligrafi merupakan salah satu kegiatan mereka selama menjalani hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan di masa lalu. Kaligrafi hasil pahatan para warga binaan ini cukup bagus dan layak bersaing. Karena salah satu dari mereka memang memiliki ilmu ilmu memahat kayu.
Dia adalah Asmui. Usianya 55 tahun. Narapidana kasus perlindungan anak ini menjadi mentor dari lima warga binaan yang baru belajar memahat saat menjadi penguni Lapas Banyuwangi itu. Jauh sebelum menjadi pesakitan, Asmui memang sudah bekerja sebagai pemahat.
“Saya sudah lama membuat kaligrafi sebelum masuk ke sini,” ungkap Asmui sambil terus memukulkan pahat di tangannya pada lembaran kayu, Selasa, 20 April 2021.
Asmui menuturkan, untuk membuat kaligrafi dari pahatan kayu ini, diawali dengan menggambar sketsa tulisan arab sesuai yang diinginkan. Selanjutnya pola yang sudah digambar mulai dipahat hingga menghasilkan kaligrafi yang indah. Setelah terbentuk pola yang diinginkan, selanjutnya dihaluskan dengan amplas.
“Ini proses awalnya. Untuk finishing ada sendiri yang mengerjakan,” bebernya.
Asmui dan kawan-kawannya bahagia bisa melakukan aktivitas yang bermanfaat. Sehingga meskipun saat ini mereka sedang menjalani hukuman ada hal-hal positif yang mereka dapatkan. Dengan aktif melakukan kegiatan ini, beban pikiran yang mereka hadapi selama menjalani hukuman banyak berkurang.
Apalagi saat bulan ramadhan seperti ini. Mereka suka berlama-lama di ruang workshop untuk mengerjakan kaligrafi. Hitung-hitung, sambil membuat kaligrafi sembari ngabuburit. “Alhamdulillah dengan berkegiatan seperti ini, puasa lancar dan tidak terasa sedang dihukum. Seperti di rumah sambil nunggu buka puasa,” sambungnya.
Selama bulan Ramadhan ini, selain kegiatan rohani seperti tadarus, dan tarawih, Lapas Banyuwangi juga memberdayakan warga binaan yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk bekerja di workshop. Salah satunya dengan membuat kaligrafi.
“Kebetulan ada salah atau warga binaan yang dari luar memang sudah bisa membuat kaligrafi. Kita rekrut dan kita berikan fasilitas,” kata Kepala Lapas kela IIA Banyuwangi, Wahyu Indarto.
Wahyu menambahkan, Asmui telah memberikan ilmunya pada beberapa warga binaan lain. Atas pengajaran dan pelajaran yang diberikan Asmui, sudah ada 6 warga binaan lainnya sudah memiliki kemampuan membuat kaligrafi.
Untuk harga, kaligrafi pahatan warga binaan ini dibandrol cukup murah. Mulai harga Rp 50.000 hingga yang termahal hanya Rp 500.000. Besaran harga ini tergantung dari ukuran kaligrafi yang dipesan. Di bulan Ramadhan ini, menurut Wahyu, sudah ada beberapa pesanan kaligrafi yang mulai dikerjakan warga binaan. Ada peningkatan jumlah pesanan pada bulan Ramadhan ini.
“Tapi jumlahnya tidak signifikan, mungkin terbentur pandemi Covid-19,” bebernya.
Selain melayani pesanan, kaligrafi buatan warga binaan juga dijual secara umum kepada masyarakat. Bagai masyarakat yang ingin melihat kaligrafi dan handicraft buatan warga binaan bisa langsung melihatnya di galeri yang ada di sebelah barat Lapas Kelas IIA Banyuwangi.